Ibadah yang berkenan (Mazmur 96:9; 1Tim 2:8)
Alkitab menyatakan perkenanan Tuhan kepada mereka yang beribadah kepadaNya dengan cara seperti yang dikehendakiNya. Sebaliknya, kita juga melihat bagaimana Tuhan menolak mereka yang beribadah kepadaNya dengan cara yang salah. Kasus Kain dan Habel merupakan contoh yang jelas bagaimana Tuhan berkenan kepada ibadah melalui persembahan yang diberikan Habel, namun menolak persembahan Kain. Hal ini dikarenakan Habel beribadah kepada Tuhan dengan mempersembahkan korban sesuai dengan perintah Tuhan, sedangkan Kain tidak. Ibadah yang berkenan adalah ibadah yang sesuai dengan prinsip-prinsip ibadah atau penyembahan yang Tuhan inginkan. Mengenai ibadah yang berkenan, kita perlu memperhatikan dua hal:
Pertama, tujuan kita datang beribadah. Suatu hari seorang pendeta bertanya kepada jemaat yang dilayaninya,"Sebenarnya apa tujuan Bapak/Ibu datang ke gereja?" Secara spontan semua jemaat menjawab,"Untuk beribadah kepada Tuhan." Di lain sisi kita sering mendengar orang berkomentar ketika pulang dari gereja,"Ibadahnya tidak enak, saya tidak mendapatkan apa-apa melalui ibadah tadi." Komentar seperti ini menunjukkan bahwa tidak sedikit orang Kristen datang ke gereja dengan tujuan yanhg keliru. Banyak di antara kita yang datang ke gereja bukan dengan maksud menyembah Tuhan, tetapi terutama untuk mendapatkan berkat atau untuk mencari hiburan. Padahal tujuan utama kita ke gereja adalah meninggikan dan mengagungkan Tuhan karena Dia memang layak ditinggikan. Selain itu kita juga datang menyediakan hati untuk mendengar firmanNya. Memang di dalam ibadah kita bisa menerima berkat Tuhan melalui ibadah tersebut. Baik itu sukacita ketika memuji, atau berkat rohani melalui firmanNya. Tetapi itu hanya merupakan hasil dari kesediaan serta ketaatan kita memuliakan Dia dan bukan merupakan tujuan utama.
Kedua, datanglah dengan hati yang bersih. Mzm 96:9 berkata,"Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapanNya, hai segenap bumi!" Untuk beribadah kita perlu mempersiapkan diri. Bukan hanya mempersiapkan pakaian atau perlengkapan ibadah secara lahiriah, tetapi yang terpenting adalah persiapan hati. Tuhan itu adalah kudus dan Ia menghendaki agar kita datang ke hadapanNya dalam kekudusan. Jangan datang membawa kebencian, kemarahan, iri hati, dan perselisihan, tetapi bereskan dahulu hati kita sebelum datang kepada Tuhan. 1Tim 2:8 berkata,"Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan."
Biarlah kita mengevaluasi ibadah kita selama ini apakah ibadah tersebut sudah membuat Tuhan berkenan atau tidak. Beribadahlah sesuai apa yang Tuhan inginkan, rendahkan diri di hadapanNya untuk menyembah Dia dan bukan untuk kepentingan kita.