Kamis, 28 April 2011

Kamis, 28 april 2011: Sesumbar Voltaire

Sesumbar Voltaire (Matius 24:3-14)


Dua belas nelayan Yahudi yang bodoh memulai kekristenan; satu orang Prancis yang bijaksana akan menghentikannya.” Ini pernyataan filsuf Prancis, Voltaire, saat menghadap Raja Prusia. Ia memperkirakan bahwa dalam waktu 100 tahun Alkitab akan musnah, dan 92 buku karyanya akan menggantikannya.

Namun, 20 tahun setelah kematiannya, Lembaga Alkitab Jenewa membeli rumah peninggalannya untuk dijadikan tempat mencetak Alkitab. Rumah itu kemudian menjadi markas Lembaga Alkitab Bahasa Inggris dan Bahasa Asing. Selain itu, Alkitab terus menjadi buku laris; adapun 6 jilid karya Voltaire pernah terjual hanya seharga delapan ribu rupiah.

Yesus mengajarkan bahwa sebelum Dia datang kembali untuk kedua kali, kabar baik tentang Kerajaan-Nya, yaitu berita keselamatan, akan dikabarkan ke seluruh dunia. Injil yang penuh anugerah itu akan membawa kita ke dalam Kerajaan-Nya yang mulia. Sebagai kesaksian bagi semua bangsa, Injil menyatakan pikiran dan kehendak Allah bagi manusia, serta upah Allah bagi mereka yang setia. Bagi mereka yang percaya, Injil mendatangkan keselamatan. Adapun mereka yang bersikeras tidak percaya, akan dibinasakan.

Tuhan Yesus memercayakan misi pemberitaan Injil kepada para murid-Nya, dan orang percaya sepanjang sejarah gereja telah melanjutkannya. Tidak ada yang sanggup menghentikan misi yang sekarang ada di pundak kita ini. Kita dapat turut memberitakan Injil ketika Tuhan membukakan kesempatan dan juga dengan mendukung proyek penterjemahan Alkitab atau pelayanan yang melakukan penyebarluasan Alkitab.

AMANAT PEMBERITAAN INJIL BUKANLAH BEBAN

MELAINKAN KEHORMATAN UNTUK TURUT DALAM MISI PENYELAMATAN


sumber: renunganharian.net - Arie Saptaji

- Christ & Sylvia

Rabu, 27 April 2011

Rabu 27 April 2011: Pantaskah?

Pantaskah? (Amsal 31:1-9)


Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. “Kita perlu berpakaian pantas saat beribadah,” kata istri sang pendeta. Di dalam hati Sari mengumpat, “Apanya yang tidak pantas? Tidak bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab, memakai rok mini itu dosa?”

Pantas artinya cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan. Di Israel, misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk meminum anggur. Rakyat jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak susahnya hidup (ayat 6,7). Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur adalah hal biasa. Namun, Lemuel dinasihati ibunya untuk tidak meminum anggur. “Tidaklah pantas bagi raja meminum anggur,” katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan penindasan!

Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar-salahnya suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang bisa tersandung jika melakukannya. Setiap kita berstatus “orang kristiani”. Sebagian lagi bahkan pemimpin kristiani. Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap, berperilaku, berbicara dan berpenampilan pantas, sesuai status yang saya sandang?

HANYA ANAK KECIL YANG SELALU BERTANYA “BOLEH ATAU TIDAK”

SEORANG DEWASA PERLU BERTANYA “PANTAS ATAU TIDAK”


sumber: renunganharian.net - Juswantori Ichwan

Selasa, 26 April 2011

Sukses tetapi Kasihan Markus 10:17-30


Sungguh pemuda sukses yang hebat! Ia masih belia, tetapi sudah menjadi pemimpin dan kaya raya (bandingkan Matius 19:20-22 dengan Lukas 18:18). Tak hanya kaya materi, tetapi juga secara ”rohani”. Sejak muda ia dididik mendalami Hukum Taurat dan menjalankannya (ayat 20). Ia dikagumi di lingkungan komunitas Yahudi saat itu. Ia juga dipandang berbakti kepada orangtua, sebab ia menghormati ayah-ibunya sejak belia dan tetap menghormatinya meski sudah sukses. Siapa tak bangga punya anak seperti ini?

Dengan kerinduan dan semangat, ia berlutut di hadapan Yesus—rabi muda yang menyedot massa karena kharisma dan kuasa-Nya dalam berkhotbah dan mengadakan tanda ilahi. Ia mohon petunjuk Yesus; apa lagi yang perlu diperbuat agar layak masuk ke Kerajaan Allah. Dalam berelasi dengan sesama, ia patut diacungi jempol. Dalam berbuat baik, ia hebat. Namun, ada satu yang kurang, dan hanya Yesus yang tahu: bahwa kekayaan materi, martabat sosial, dan ”kekayaan rohani” yang ia punya menjadi ilah yang diandalkan sebagai ”tiket” ke surga—menggantikan Allah. Maka, ia diminta menjual semua, membagikannya ke orang miskin, dan mengikut Yesus, sebagai bukti bahwa ia diselamatkan hanya oleh belas kasihan Allah. Betulkah ia merasa perlu petunjuk Yesus? Tidak! Sebab ia kecewa dan mengabaikan tawaran sejati untuk memasuki Kerajaan Allah. Alasan utamanya karena ”banyak hartanya” (ayat 22).

Pemuda ”sehebat” ini ternyata tak layak masuk Kerajaan Allah. Bagaimana dengan Anda? Beranikah Anda meletakkan seluruh kebanggaan Anda sebagai manusia, lalu datang kepada Allah sebagai orang yang miskin dan haus akan kebenaran?

SEGALA KEHEBATAN MANUSIA TAK MEMBAWA KE SURGA

SUNGGUH HANYA KEMURAHAN YESUS YANG MEMBAWA KITA KE SANA


sumber: renunganharian.net - Susanto, S.Th.

- Christ & Sylvia

Senin, 25 April 2011

Senin, 25 April, 2011 : Uang?

Uang? Apa yang salah?

Bacaan: Mat 28:8-15



“Dengan uang Anda boleh membeli apa saja yang Anda suka.

Celakanya, kepuasaan pun bisa dibayar/didapatkan dengan uang Anda.”


Untuk memuaskan rasa benci mereka kepada Yesus maka 30 keping perak diberikan kepada Yudas Iskariot. Demikian pun untuk memutar balikan fakta alias berbohong mereka pun memberi sejumlah besar uang kepada para pengawal kubur Yesus untuk menebarkan berita yang tidak benar yang dicatat oleh Matius bahwa berita ini masih tersebar di kalangan Yahudi bahkan mereka yang membenci Yesus sampai sekarang, yakni kubur kosong terjadi bukan karena kebangkitan Yesus melainkan datangnya para murid sewaktu pengawal tertidur, lalu mengambil jenazah-Nya. Dengan uang kita bisa membeli rumah, mobil, makanan dan minuman. Dengan uang kita bisa membeli tubuh orang lain, pun sebaliknya karena uang kita bisa menjual diri...maaf, bila terlalu kasar! Pokoknya, uang menjadi sangat penting dalam hidup setiap manusia dan ini menjadi fakta yang tak terbantahkan. Pertanyaan yang hendak direnungkan pagi ini yakni; “Sebenarnya apa yang salah dengan uang?”

Uang hanyalah alat tukar yang tidak berguna bila tidak digunakan oleh saudara dan aku. Uang itu berfungsi bila kita mempunyai keinginan, bila kita memerlukan sesuatu dan bahkan ketika nafsu kita tak bisa terbendung maka uang pun memainkan peranan penting untuk memuaskannya. Ternyata kebenarannya ada di sini, tidak ada yang salah dengan uang, karena justru yang menggerakkan semuanya adalah nafsu dan keinginan kita yang tak bisa terkontrol; Selalu ingin yang lebih, selalu ingin yang banyak, bahkan selalu ingin yang cantik dan tampan pun bisa didapatkan dengan uang. Dan, semuanya bukan karena uang melainkan karena nafsu dan keinginan kita. Bukankah karena ingin mobil maka kita pun mengeluarkan uang? Bukankah karena ingin tampil lebih cantik maka salon pun kita kunjungi setiap minggu bahkan beberapa kali dalam seminggu? Bukankah karena ingin sex maka kita pun mengunjungi tempat prostistusi...menginginkan gadis bahkan istri orang lain. Tapi juga karena ingin hidup mewah diri pun dijual untuk mendapatkan uang. Masa sih? Semoga tidak! Wow...maaf karena sudah terlanjur jauh dari isi sebuah renungan.

Karena itu, ketika Anda membaca renungan pagi ini maka ambilah waktu sejenak dan renungkan serta evaluasilah dirimu sendiri apa yang saja yang Anda telah perbuat dengan uang Anda? Syukur jika uangmu Anda gunakan untuk membantu orang lain, memenuhi kebutuhan (keperluan) keluarga, dan lain-lainnya. Akan tetapi jika uangmu telah Anda gunakan untuk hal yang keliru dan salah, apalagi yang membuatmu berdosa maka saya hanya mau mengingatkan Anda sebagai saudaraku bahwa “sebenarnya tidak ada yang salah dengan uang, tetapi keinginan dan nafsu yang tak terkontrollah yang membuat kita salah menggunakan uang itu.” Dan celakanya, kita pun seperti para pemimpin Yahudi di zaman Yesus, yang menggunakan uang untuk memuaskan keiginginan dan nafsu mereka. Dengan uang mereka telah membayar orang lain untuk menebarkan cerita bohong. Akan tetapi, semoga bukan karena dan demi uang, kita menjual apa yang kita miliki; nama baik, sahabat kenalan, keluarga, pangkat dan jabatan, tetapi terlebih semoga harga kita tidak dijual hanya karena sekeping uang yang didapatkan hari ini dan esok akan lenyap. Demikianlah nasehatku kepadamu sebagai saudaraku; Carilah uang dengan cara yang halal, gunakanlah uangmu dengan bijaksana, dan janganlah menjadi hamba uang. Semuanya terserah Anda. Aku hanya membisikan kepadamu sebagai saudaraku akan kata-kata Yesus ini: “Carilah harta yang tak dapat binasa dan bukan yang akan hancur karena dimakan ngengat.” Anda tahu harta yang dimaksudkan Yesus itu.

diambil dari renungan FB Gereja Katolik

- Christ & Sylvia

Minggu 24 April 2011: Penghalang Mata Iman

Penghalang Mata Iman (Lukas 24:13-32)





Tuhan Yesus sudah bangkit. Namun, sikap para murid beragam; ada yang percaya, ada yang ragu-ragu, ada juga yang masih bingung dan tidak percaya. Lalu di jalan yang menuju ke Emaus itu, Tuhan Yesus menampakkan diri lagi. Kali ini kepada dua orang murid, yang rupanya tidak termasuk ke dalam dua belas murid yang pertama. Anehnya, kedua murid itu tidak mengenali Dia. Padahal sudah sekian lama mereka bersama-Nya. Dikatakan, ”Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka” (ayat 16).

Dalam hidup kita sebagai orang percaya, bukankah kita pun kerap mengalami hal serupa—ketika kita kehilangan kepekaan akan kehadiran Tuhan Yesus? Seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi mata iman kita. Sesuatu itu bisa berupa pikiran negatif; seperti kekhawatiran, kekecewaan, kemarahan, kebencian, atau berupa ambisi-ambisi yang tidak pada tempatnya.

Akibatnya, hidup beriman kita jadi terganggu. Kita merasa hampa. Tuhan seakan-akan sangat jauh. Kita juga menjadi sulit bersyukur dan tidak bisa lagi menikmati hidup ini sebagai anugerah Allah. Lalu bagaimana? Para murid akhirnya menyadari kehadiran Tuhan Yesus, setelah mereka mengundang Dia untuk tinggal bersama mereka (ayat 29).

Adakah kita merasa hidup ini begitu muram, Tuhan seolah-olah jauh dari hidup kita? Tidak ada cara lain, bukalah pintu hati kita buat Dia. Undang Dia masuk ke dalam hidup kita, dan persilakan Dia men­jadi pandu atas seluruh langkah kita. Ketika itulah mata iman kita akan dicelikkan, betapa sesungguhnya Dia tidak pernah jauh dari kita.

TUHAN TIDAK PERNAH JAUH DARI KITA

KITALAH YANG KERAP MENJAUH DARI DIA


sumber: renunganharian.net - Ayub Yahya

Selasa, 19 April 2011

Selasa 19 April 2011 Kesempatan Gagal

Kesempatan Gagal (Kisah Para Rasul 15:36-40)


Dalam bukunya Growing Kids God’s Way, Gary dan Anne Marie Ezzo mengatakan bahwa orangtua kerap tak memberi kebebasan kepada anak untuk mengalami kegagalan. Umumnya orangtua begitu suka akan kemenangan, hingga agak kehilangan perspektif dan tak bisa menghargai pelajaran yang dapat dipetik dari kegagalan. Maka anak lebih memperjuangkan bagaimana caranya ia tidak gagal dan mengecewakan orangtua, walau untuk itu ia kemudian takut pada tantangan.

Barnabas adalah sosok gembala yang memperhatikan orang-orang yang dibimbingnya. Suatu kali seorang muda bernama Markus menjadi murid bimbingnya. Sayang, Markus ini pernah gagal menjalankan tugasnya—ia meninggalkan rombongan misi Paulus hingga mereka kekurangan orang di Pamfilia. Ini membuat Paulus kecewa (ayat 38). Tak heran, ketika Paulus hendak mengadakan perjalanan misi kembali, ia menolak permintaan Barnabas untuk mengajak Markus lagi. Namun Barnabas tetap memperjuangkan Markus hingga ia berpisah dengan Paulus (ayat 39). Oleh kegigihan Barnabas yang tidak menyerah membimbing pribadi yang pernah gagal, Markus menjadi pelayan Tuhan yang berharga.

Ketika orang-orang dekat kita—keluarga, sahabat, rekan kerja—mengalami kegagalan; gagal memenuhi harapan, gagal menepati janji, gagal mengambil keputusan yang benar, tak ada gunanya kita menunjukkan kekecewaan. Sebaliknya, yang perlu kita lakukan adalah menjadi pendukung yang tetap ada bagi mereka dan tak menyerah mendampingi. Tetap memberinya kesempatan dan kepercayaan baru. Tetap mendukungnya saat ia belajar tentang arti perjuangan, kerendahan hati, serta penyerahan diri kepada Tuhan.

SETIAP MOMEN KEGAGALAN SESUNGGUHNYA BISA MENJADI PINTU

UNTUK SESEORANG MEMASUKI BABAK KEDEWASAAN YANG BARU


Penulis: Agustina Wijayani

Senin, 18 April 2011

Senin 18 April 2011: teori atau praktek

Teori atau Praktik? (Yakobus 1:19-27)


Sebuah humor menceritakan tentang seseorang yang ke surga. Di sana ia melihat sebuah rak berisi benda-benda yang tampak aneh. "Apa itu?" tanyanya kepada malaikat. Jawab malaikat, "Itu telinga dari orang-orang yang ketika hidup di dunia mendengarkan hal-hal yang harus mereka lakukan, tetapi tidak melakukannya. Jadi waktu meninggal, telinga mereka saja yang masuk ke surga sementara bagian tubuh yang lain tidak." Lalu ada rak yang lain, dan malaikat menjelaskan, "Ini lidah orang-orang yang ketika hidup di dunia memberi tahu orang lain untuk berbuat baik dan hidup baik, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Maka ketika meninggal, lidah-lidah mereka saja yang masuk ke surga dan bagian tubuh yang lain tidak."

Humor ini mengingatkan kita untuk berhenti menjadi orang kristiani yang hanya suka mendengarkan khotbah atau seminar yang berbobot, tetapi tak pernah melakukan firman Tuhan yang didengar. Berhenti menjadi orang kristiani yang fasih berbicara tentang hal rohani, tetapi tak ada tindakan nyata. Berhenti menjadi orang kristiani yang pandai berteori, tetapi tak pernah mempraktikkannya.

Ada orang kristiani yang bangga dengan pengetahuannya tentang Allah dan hal-hal rohani. Namun, jika tidak dibarengi perbuatan nyata, semuanya sia-sia. Sebab, di surga nanti kita tidak akan ditanya sejauh mana kita memahami Alkitab atau sejauh mana pengetahuan kita tentang kekristenan. Kita tidak sekadar mempertanggungjawabkan apa yang kita ketahui, tetapi apa yang kita perbuat. Tuhan menuntut buah-buah yang nyata--yang bisa dirasakan, dinikmati, dan memberkati orang lain.

SERIBU PERKATAAN DAN PENGETAHUAN TIDAK BERARTI
TANPA ADA SATU TINDAKAN YANG NYATA

sumber: renunganharian.net - Petrus Kwik

- Christ & Sylvia

Minggu, 17 April 2011

Minggu 17 April 2011

Pelayan Tuhan Sejati (Markus 1:1-8)

Sungguh memprihatinkan bila banyak gereja--sebagai umat Tuhan--terpecah-belah. Bukan hanya dalam denominasi-denominasi besar. Dalam satu denominasi pun, tak jarang terjadi perpecahan. Bahkan, dalam satu gereja bisa juga terjadi perpecahan. Ada banyak hal yang bisa menjadi penyebab, tetapi salah satu penyebab besarnya adalah fanatisme umat terhadap sosok hamba Tuhan. Tak jarang ada hamba Tuhan yang tanpa sadar membangun kekaguman jemaat kepada diri sendiri. Mengajarkan prinsip agama dan moral hasil penemuannya sendiri, dan bukan pada Alkitab. Memang ada ayat-ayat Alkitab yang dikutip, tetapi sekadar mendukung pendapatnya sendiri.

Sungguh berbeda dengan Yohanes Pembaptis. Ia hanya memperkenalkan diri sebagai suara orang yang berseru-seru di padang belantara. Seruannya ditujukan untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Mesias yang dijanjikan. Ia memanggil semua orang agar bertobat dan dibaptis, sebagai bagian dari persiapan menyambut kedatangan Yesus. Ia tidak membangun popularitasnya sendiri atau mengumpulkan banyak pengikut fanatik yang mengaguminya. Ia mengarahkan semua orang kepada Yesus. Sebab, Yesuslah yang menjadi pusat pelayanannya. Ia menyatakan bahwa Yesus lebih besar dari dirinya. Ia juga memberitakan firman Tuhan bukan untuk memperkaya diri--ia tidak memusingkan apa yang ia pakai, ia makan, atau minum (ayat 6), asal Injil diberitakan.

Sebagai anggota gereja Tuhan, mari periksa diri, siapakah Kepala gereja kita? Siapakah pusat hidup dan ibadah kita? Sebagai hamba Tuhan, siapakah yang kita layani? Ingatlah Yohanes Pembaptis, dan bertobatlah.

NB: Ingatlah pada pesan Yesus kepada Petrus. Jangan sampai perpecahan terjadi.

KETIKA DIRI SENDIRI MENJADI PUSAT, PELAYANAN MENJADI SIA-SIA
KETIKA YESUS MENJADI PUSAT, SEMUA MENJADI INDAH DAN MULIA

sumber: renunganharian.net - Susanto, S.Th.

- Christ & Sylvia

Sabtu, 16 April 2011

Sabtu 16 April 2011: Jangan kaget

Jangan Kaget! (1 Petrus 4:12-19)


Berita-berita mengenai pembakaran gereja, penganiayaan orang kristiani, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, kerap membuat kita bertanya-tanya, "Mengapa ini harus terjadi? Bukankah kita melakukan hal yang baik? Bukankah kita melayani Tuhan? Mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi? Apa salah kita?" Kita kaget, terkejut, bahkan mungkin meragukan Tuhan. "Tidakkah Tuhan sanggup melindungi anak-anak-Nya? Kalau Dia Mahakuasa, mengapa Dia membiarkan gereja-Nya dianiaya?"

Pertanyaan ini juga pernah muncul di gereja pada abad mula-mula. Namun dalam suratnya Petrus menegaskan bahwa kita tak perlu heran jika api siksaan datang (ayat 12). Kita juga tak perlu "gembar-gembor" sebab bagi orang percaya penderitaan bukan hal luar biasa (ayat 12). Sebaliknya, Petrus menasihati kita supaya bersukacita, bahkan berbahagia ketika menghadapi penderitaan (ayat 13,14). Petrus, adalah orang yang sama yang pernah menegur Yesus ketika mengatakan bahwa Dia harus menderita (lihat Matius 16:21-23). Petrus yang dulu tidak setuju Mesias harus menderita, kini sadar bahwa penderitaan di dunia karena nama Kristus bukan hal yang hina atau memalukan. Malahan justru suatu kemuliaan (ayat 14,16).

Ketika penderitaan atau aniaya kita alami, ada dua hal yang bisa kita lakukan. Pertama, berdoa dan bertanya pada Tuhan, apakah penderitaan ini terjadi karena kesalahan kita? (ayat 15). Kedua, jika kita tidak melakukan hal yang salah, tetapi kita menderita, maka kita jangan malu atau sedih. Sebaliknya, kita bisa memegang erat pengharapan dalam firman Tuhan bahwa kita patut berbahagia jika dihina karena Kristus, karena itu berarti Roh Allah menyertai kita.

KITA TIDAK MENGHARAPKAN PENDERITAAN
TETAPI JIKA KITA HARUS MENGHADAPINYA PERCAYALAH TUHAN SETIA

Penulis: Grace Suryani

Jumat, 15 April 2011

Jumat 15 April 2011: Sayap Rajawali

Sayap Rajawali (Ulangan 32:11-12)


Di wilayah pegunungan Palestina hidup beberapa jenis burung rajawali. Ada rajawali biasa, spesies yang lazim. Ada rajawali emas dengan bulu berkilau. Ada pula rajawali tutul atau berbintik. Serta hidup juga rajawali pemangsa reptil. Namun yang pasti, semua jenis burung rajawali suka terbang di ketinggian--di mana angin berembus kencang. Maka, tak heran rajawali punya sayap yang kuat. Pada sayap itu terletak kekuatan rajawali.

Akan tetapi, sayap rajawali tidak tiba-tiba menjadi kuat. Ada ceritanya. Sejak kecil burung ini memang terlatih untuk terbang tinggi. Sang induk selalu menempatkan sarangnya di tempat tinggi (Yeremia 49:16). Lalu jika sudah tiba saatnya, ia akan membongkar sarang itu, sehingga anak-anaknya "terjun bebas" di udara. Dipaksa untuk belajar terbang di tengah empasan angin kencang. Sementara sang induk melayang-layang di atas, sembari menjaga. Jika mereka tidak mampu terbang lagi, ia melesat ke bawah untuk menopang mereka di atas kepak sayapnya. Seperti itulah Tuhan melatih umat-Nya, agar bertumbuh kuat dan dewasa dalam iman.

Acap kali orang hanya menaruh perhatian pada pertambahan. Tambah usia, gaji, pangkat, kekayaan, popularitas. Namun, mengabaikan pertumbuhan--tumbuh dalam iman dan kedewasaan. Padahal itulah yang menjadi perhatian Tuhan. Dia mau kita bertumbuh. Bagai induk rajawali, Dia melatih kita di tengah empasan "angin" kesukaran dan tantangan hidup. Sebab, iman tidak tumbuh dalam kemudahan hidup, tetapi sebaliknya. Dan, ketika Tuhan mengizinkan kesukaran terjadi, Dia tetap mengawasi sembari melatih iman kita agar bertumbuh.

MELALUI KESUKARAN HIDUP TUHAN MELATIH KITA MENJADI KUAT
DAN SIAP DIPAKAI-NYA UNTUK MENJADI BERKAT

Penulis: Pipi Agus Dhali

Rabu, 13 April 2011

Kamis 14 April 2011: Tuhan membuat masalah?

Tuhan membuat masalah? (Yoh 9)

Apa tidak salah baca? Tidak. Anda tidak salah baca, saya pun tidak salah tulis. :D

Masalah sudah pasti merupakan hal biasa dan sering kita hadapi dalam keseharian hidup kita. Tidak mungkin seseorang yang hidup bisa bebas dari masalah. Ketika kita menghadapi masalah, dan ditanya siapa penyebabnya, biasanya kita menyalahkan orang lain, setan, atau diri sendiri. Menyalahkan Tuhan? Emang berani? :p Mungkin kita sudah menjalankan sesuatu dengan baik, lingkungan juga terlihat sangat mendukung, namun ada masa di mana tiba-tiba masalah tersebut datang dengan sendirinya

Padahal masalah dari Tuhan itu memang ada. Seperti di dalam Injil Yohanes 9:1-3. Murid-murid Yesus bertanya apakah penyebab orang itu buta, apakah karena dosa/kesalahannya? Namun Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia."

Inilah kenyataannya, Tidak semua orang menderita/mengalami masalah karena dosa atau kesalahan kita, ataupun karena iblis. Bisa juga karena kehendak Tuhan.

Ciri umum masalah jenis ini adalah, datang secara tiba-tiba. Setelah kita intropeksi, kita tidak menemukan kesalahan manusia. Memang masalah yang disebabkan oleh Tuhan dapat melibatkan manusia.

Lalu apa tujuannya Tuhan memberi masalah? Apakah Tuhan tidak sayang kita? SAMA SEKALI TIDAK. TUHAN SAYANG PADA KITA SEMUA. Tujuannya tercantum di Yoh 9:3 : pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam masalah yang menimpa kita.

Contoh yang pernah mengalami hal demikian adalah Ayub. Tuhan mengijinkan iblis mencobai Ayub,

Mungkin kita berpikir. Lho kok jadi kita yang kena tumbalnya? Coba kita lihat apa yang terjadi dari orang-orang yang berhasil melewati masalah dari Tuhan. Yusuf menjadi penguasa Mesir, Orang Israel masuk ke tanah perjanjian, Daud menjadi raja Israel terbesar, dan Ayub bisa mengenal Tuhan secara langsung dan Petrus menjadi batu penjuru gereja. Siapa yang untung? Tuhan atau manusia yang bersangkutan? :D

Setelah kita tahu semua ini, lalu apa yang bisa kita perbuat? Karena masalah ini datang dari Tuhan, tentu saja solusinya juga datang dari Tuhan, langkah awal adalah berdoa dan meminta kekuatan + petunjuk untuk mengataasi masalah ini. Lakukan sesuai perintah-Nya

Tuhan memberkati,
In nomine Patris, et Filii, et Spiritus Sancti. Amin

- Christ & Sylvia

Rabu 13 April 2011: Penundaan maut

Penundaan Maut (Yosua 18:1-6)


Archis, hakim kota Thebes di Yunani Kuno, sedang menikmati anggur dengan para perwira setempat. Tiba-tiba, muncul seorang kurir yang membawa surat berisi pemberitahuan bahwa ada persengkongkolan yang hendak menghabisi nyawanya. Maka ia diperingatkan untuk melarikan diri. Archis menerima surat itu. Akan tetapi, alih-alih membukanya, ia memasukkannya ke dalam kantong dan berkata kepada kurir itu, ”Urusan bisnis besok saja.” Keesokan harinya, ia tewas. Sebelum sempat membuka surat itu ia sudah ditangkap, dan ketika ia sempat membacanya—semua sudah terlambat.

Yosua menegur tujuh suku bangsa Israel yang menunda pendudukan Tanah Kanaan. Mereka sudah memasuki Tanah Perjanjian. Sebagian suku sudah menempati daerah yang ditetapkan bagi mereka. Namun, ketujuh suku itu memilih beristirahat barang sejenak. Ah, tidak, tampaknya mereka bukan sekadar rehat untuk memulihkan tenaga; mereka sudah kelewat batas, sehingga Yosua menghardik mereka dengan kata-kata keras: ”bermalas-malas”! Kalau dibiarkan terus berleha-leha, bisa-bisa mereka merusak rencana Allah atas bangsa itu.

Penundaan memang tidak selalu berakibat fatal seperti yang menimpa Archis. Namun, kecenderungan menunda tugas biasanya menunjukkan kurangnya disiplin pribadi, buruknya pengelolaan waktu, dan bisa jadi—seperti dalam kasus Israel—merupakan ketidaktaatan terhadap Allah. Bahwa suatu tugas terasa berat, membosankan, atau tak menyenangkan—itu bukan alasan valid untuk menundanya. Kita justru perlu meminta Tuhan memberi kita kekuatan dan konsentrasi ekstra untuk menyelesaikannya pada waktunya.

JANGAN MENUNDA BESOK APA YANG PATUT DILAKUKAN HARI INI

BESOK BELUM TENTU ANDA PUNYA WAKTU DAN MAMPU MELAKUKANNYA


sumber: renunganharian.net - Arie Saptaji

- Christ & Sylvia

Selasa, 12 April 2011

Selasa 12 April 2011: Kesempatan

Kesempatan (Pengkotbah 3:1-13)

Tom Bahler jatuh cinta kepada Karen Carpenter. Gayung bersambut. Dua tahun mereka berpacaran. Namun, belakangan Tom tidak lagi memandang kehadiran Karen sebagai kesempatan istimewa. Ia tidak memberi kepastian tentang arah hubungan mereka. Akhirnya, Karen meninggalkannya. Saat itu baru Tom sadar, kesempatan berharga telah lewat! Dengan hati remuk, digubahnya lagu berjudul She’s out of my life. “Akhirnya aku belajar sesuatu,” kata Tom, “tetapi semua sudah terlambat.”

Kesempatan bagaikan burung. Jika tidak segera ditangkap, ia pergi dan tidak kembali. Kesempatan ialah momen yang tepat untuk berbuat sesuatu. Atau, sebuah situasi di mana Anda lebih mudah untuk berbuat sesuatu. Menurut Pengkhotbah, “untuk segala sesuatu ada waktunya”. Ada gilirannya. Allah mengizinkan berbagai peristiwa mampir dalam hidup kita, silih berganti. Di setiap kejadian, ada kesempatan untuk melakukan apa yang bernilai kekal. Sayang, kita kerap “tidak dapat menyelami pekerjaan Allah” (ayat 11). Karena terjebak oleh rutinitas hidup, kita menjalani hidup seperti mesin. Tidak bisa melihat bahwa dalam tiap rutinitias, ada kesempatan indah untuk berbuat sesuatu. Akibatnya, momen demi momen lenyap!

Hari ini, saat bertemu seseorang atau menjalani rutinitas, renungkan: adakah kesempatan bagi saya untuk menyatakan kasih Allah? Sebuah senyuman atau kalimat pembangkit semangat bisa menyentuh hidup seseorang. Sikap simpatik dan peduli bisa sangat berarti. Pakai setiap kesempatan untuk menabur kasih Allah. Anda akan mengamini: Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya



sumber: renunganharian.net - Juswantori Ichwan

- Christ & Sylvia

Senin, 11 April 2011

Senin 11 April 2011: Transformasi kehidupan

Transformasi Kehidupan (Kolose 3:5-17)


Ketika masih kecil, kakak saya pernah berteriak histeris karena seekor ulat daun yang hijau bergaris-garis kuning menempel di bajunya, meliuk-liuk menjijikkan, sembari bulu-bulunya mengeluarkan zat yang membuat gatal. Malamnya, ia terbangun mengigau ketakutan membayangkan tubuhnya dirambati banyak ulat. Namun, keesokan harinya ia sudah ceria berlari-lari di taman bunga mengejar kupu-kupu yang berwarna-warni indah. Seakan-akan ia lupa bahwa kupu-kupu cantik itu berasal dari ulat daun yang gatal dan sangat menjijikkan baginya. Hanya, ulat jelek itu harus berubah melalui metamorfosa yang menjadikannya kupu-kupu cantik.

Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa kondisi kehidupan lama mereka sesungguhnya penuh dengan dosa—menjijikkan bagai ulat daun—yang mendatangkan murka Allah. Namun, kini hidup mereka telah ditransformasikan menjadi kehidupan baru—bagaikan kupu-kupu cantik. Maka, Paulus menasihati agar mereka sungguh-sungguh menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui agar semakin serupa dengan gambar Sang Khalik. Yakni mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelembutan, kesabaran, sifat saling mengampuni dan kasih.

Kita pun perlu menguji kembali hidup kita saat ini. Apakah hidup kita masih dikuasai hawa nafsu daging; yaitu keserakahan, percabulan, kenajisan, marah, geram, fitnah, kata-kata kotor? Atau, kita mau memberi diri agar hidup kita ditransformasikan menjadi kehidupan yang terus-menerus diperbarui setiap hari—hingga memberkati orang lain dan memuliakan Tuhan?

HIDUP BERTUMBUH DALAM KRISTUS BERARTI

HIDUP YANG TERUS BERTRANSFORMASI


Penulis: Susanto, S.Th.

Minggu, 10 April 2011

Minggu 10 April 2011: Cara memandang firman

Cara Memandang Firman (Ulangan 5:28-33)


Cara kita memandang firman Tuhan akan sangat memengaruhi sikap kita terhadapnya. Bila kita memandang firman Tuhan sebagai peraturan yang mengekang kebebasan kita bertindak, maka kita akan menjadi orang yang membuang firman itu jauh-jauh dari kehidupan kita. Maka firman Tuhan hanya berlaku di hari Minggu, sedangkan hari Senin hingga Sabtu tidak berlaku lagi. Apabila kita memandang firman Tuhan sebagai sesuatu yang sulit untuk dilakukan, maka kita akan menjadi orang yang enggan untuk melakukannya. “Ya, saya tahu isi firman Tuhan, tetapi sulit untuk melakukannya,” begitulah kita beralasan.

Pembacaan firman Tuhan hari ini memberi kita sudut pandang yang menarik. Tuhan mengatakan bahwa firman-Nya bukan untuk mengekang atau mempersulit hidup manusia, melainkan membuat hidup manusia lebih baik. Perintah Tuhan untuk melakukan firman Tuhan dengan setia dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri adalah agar hati manusia senantiasa terarah dan hormat pada Dia dan demi kebaikan manusia itu sendiri (ayat 29,33).

Sikap yang harus kita bentuk adalah menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita—seperti manual bookmanual book, kita akan salah menggunakan sebuah alat elektronik yang kita beli. Demikian pula dengan hidup kita, kita bisa salah jalan atau memiliki cara hidup yang tidak baik kalau kita tidak sungguh-sungguh memperhatikan dan melakukan perintah dalam manual book rohani kita, yakni firman Allah. Dan, karena setiap firman itu baik untuk kita, hendaklah kita mempelajari dan melakukan setiap nasihat firman.

FIRMAN TUHAN AKAN MENJAGA

AGAR KITA TIDAK TERHANYUT ARUS DUNIA


Penulis: Riand Yovindra

Sabtu, 09 April 2011

Sabtu 9 April 2011: Ketika asa putus

Ketika Asa Putus ( Keluaran 6:1-12)


Obor blarak merupakan sebuah idiom Jawa yang menggambarkan semangat yang mudah menyala, tetapi seketika kemudian surut ke titik nol. Bagai blarak (daun kelapa) yang bila dibakar akan menyala terang, tetapi sebentar kemudian segera mati.

Kedatangan Musa dan Harun di hadapan Firaun, membuat penguasa Mesir itu semakin mempersulit tugas para budak (ayat 6). Tak heran orang Israel marah kepada Musa dan Harun. Akibatnya, mereka “tidak mendengarkan Musa karena mereka putus asa dan karena perbudakan yang berat itu” (ayat 8). Tekanan yang berat membuat orang Israel tak lagi mampu meyakini janji pembebasan dari Tuhan. Musa sendiri sempat dihinggapi rasa putus asa karena respons negatif orang Israel terhadap dirinya (ayat 11). Namun, Tuhan terus menguatkan Musa untuk menjadi agen pembebasan bagi bangsanya, menjadi sarana teguran bagi Firaun, sekaligus mendampingi dan mendidik umat Israel yang mudah putus asa itu (ayat 12). Baik Musa maupun bangsa Israel, tidak diizinkan Tuhan untuk menjadi seperti ”obor blarak”.

Tatkala hendak memulai langkah baru, kita kerap berapi-api: bertanya kepada Tuhan, meminta hikmat-Nya, berdoa, berpuasa, dan sebagainya. Namun, bila jawaban tak kunjung datang—dan malah kesulitan yang menghadang, kita menjadi kecil hati, patah semangat, dan melupakan Tuhan. Sikap semacam ini perlu kita waspadai. Jangan mudah menyerah kalah pada tantangan. Sesungguhnya Tuhan terus ada untuk memimpin setiap langkah, setiap karya pelayanan kita—di rumah tangga, tempat belajar, tempat kerja, lingkungan masyarakat, dan sebagainya.

KETIKA KEPUTUSASAAN MENGHAMPIRI

PANDANGLAH DIA YANG TAK PERNAH MEMBIARKAN KITA SENDIRI


sumber: renunganharian.net - Daniel K. Listijabudi

Jumat, 08 April 2011

Jumat 8 April 2011: Kristus adalah Tuhan

Kristus Itu Tuhan (Yohanes 20:19-31)



Sebelum anak pertama lahir, kami sibuk memilih nama yang berarti buat kami dan bayi yang kami nantikan. Akhirnya, pilihan jatuh pada nama ”Christhea”, yang berarti ”Kristus itu Tuhan”. Kami rindu agar setiap kali memanggilnya, kami diingatkan bahwa Yesus bukan hanya Penyelamat hidup kami. Yang terutama, Dia adalah Tuhan kami, Tuan di atas segala tuan yang kami kasihi. Pemilik hidup kami yang patut kami taati, dan hanya kepada-Nya kami sekeluarga mengabdikan hidup.

Pilihan ini terinspirasi dari perjumpaan Tomas dan Yesus setelah Dia bangkit. Tomas tidak mau percaya begitu saja sebelum ia mencucukkan jarinya pada bekas luka Yesus. Syukur, Yesus yang bangkit berkenan menjumpainya: ”lihatlah tangan-Ku ... dan lambung-Ku, dan jangan engkau tidak percaya lagi” (ayat 27). Saya rasa Tomas bukan tipe manusia peragu, tetapi tipe manusia abad modern yang mau percaya setelah membuktikannya sendiri, bukan sekadar percaya ”apa kata orang”. Namun ketika Yesus memberi bukti maka dari semua murid, Tomas-lah yang paling konsekuen. Ketika Yesus membuktikan Dia sungguh Allah, Tomas tanpa ragu menyatakan imannya: ”Ya, Tuhanku dan Allahku!” Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan yang berhak atas hidupnya. Sejarah gereja mencatat bahwa Tomas setia memberitakan Injil, bahkan ke daerah paling sulit—sampai ke India. Dan, orang meyakini bahwa di bawah bangunan gereja Mar Thoma di India, Tomas mengakhiri hidupnya sebagai martir pembela Injil karena ketaatannya kepada Yesus.

Bila Anda percaya kepada Yesus Kristus, sungguhkah Dia menjadi Penyelamat dan Tuan atas hidup Anda, yang Anda percayai dan taati? Mari satukan kata dan tindakan kita.

YESUS SUNGGUH-SUNGGUH TUHAN YANG HIDUP UNTUK SELAMANYA

MAKA KITA TAK PERLU RAGU MENGABDI PENUH KEPADA-NYA


sumber: renunganharian.net - Susanto, S.Th.

- Christ & Sylvia

Kamis, 07 April 2011

Kamis 7 April 2011: Makna Bekerja

Makna Bekerja (1 Tesalonika 4:7-12)

Pak Lim, di usianya yang sudah 60-an, bekerja di sebuah hotel bintang lima di Singapura. Tugasnya memastikan puluhan engsel pintu di setiap kamar hotel itu berfungsi baik. Itu harus ia lakukan setiap hari. Padahal ada 600 kamar di situ! Dan, ketika engsel-engsel pintu di kamar ke-600 selesai dicek, ia harus kembali ke kamar pertama! Begitu terus-menerus.

Ketika ditanya, apa yang membuatnya tetap teliti dan tak bosan bekerja, ia mengaku telah menemukan makna di balik pekerjaannya yang tampak menjemukan. Bahwa setiap tamu hotel bintang lima itu pasti seorang kepala keluarga atau pimpinan perusahaan yang memiliki banyak staf. Andai terjadi kebakaran, dan salah satu engsel pintu tak berfungsi hingga tamu terkunci dan tewas di situ, maka kerugiannya sangat besar. Tak hanya bagi hotel, tetapi juga bagi keluarga, perusahaan, dan banyak karyawan yang hidupnya dipengaruhi oleh peran sang tamu. Jadi, Pak Lim tak sekadar bekerja memeriksa engsel, tapi menyelamatkan nyawa para kepala keluarga dan pemimpin perusahaan!

Mari cermati pekerjaan kita. Tak hanya apa yang tampak dari luar, melainkan makna yang mendasarinya hingga pekerjaan itu penting untuk dikerjakan. Orang yang tak mengerti makna pekerjaannya bisa merasa jemu dan sia-sia bekerja (Pengkhotbah 2:11). Akan tetapi, anak-anak Tuhan perlu memahami makna pekerjaannya. Pertama, Tuhan sendiri memanggil kita untuk bekerja—bekerja yang halal, bukan yang cemar (1 Tesalonika 4:7). Kedua, Tuhan mau kita menjadi berkat bagi sesama saudara, melalui pekerjaan kita (ayat 9). Ketiga, Tuhan rindu kita bersaksi bahwa Tuhan memelihara, karena dengan bekerja kita tak bergantung kepada orang lain (ayat 12).

TEMUKAN NILAI KEKAL DALAM PEKERJAAN KITA

AGAR SETIAP PEKERJAAN MENJADI BERMAKNA, TAK PERNAH SIA-SIA


sumber: renunganharian.net - Agustina Wijayani

Selasa, 05 April 2011

Selingan motivasi: 10 Motivator terbaik di Indonesia.


10 Motivator terbaik di Indonesia.

10. Christian Andrianto, merupakan murid dari Tung Desem Waringin..

09. Hermawan Kertajaya. Beliau adalah motivator spesial di bidang Marketing

08. Gede Prama. Menjadi pembicara publik...
Sangat terkenal dengan falsafah Air-nya.

07. James Gwee. Merupakan motivator dunia bisnis, dimana seminarnya ada 2 bahasa.

06. Bong Chandra. Merupakan penulis buku Unlimited Wealth. Punya acara tetap di TV One.

05. Krisnamurti. Motivator Mindset... Sangat ahli untuk training mengenai konsentrasi dan alam bawah sadar.

04. Tung Desem Waringin. Merupakan pelatih sukses no. 1 di indonesia versi majalah marketing. Terkenal dengan jargon 'Financial Revolution'.

03. Andrie Wongso. Motivator dengan gelar SDTT TBS (Sekolah Dasar Tdk Tamat, Tapi Bisa Sukses) jargonnya: "Success is my right"

02. Mario Teguh. Si Salam Super... Ada acara special Golden Ways di Metro TV.

01. Diri Sendiri.
Tidak ada yang dapat mengubah hidup anda SELAIN diri anda sendiri. Kita lahir sebagai pemenang... Motivator No. 2 sampai 10 adalah trigger/pemicu semangat untuk jangka pendek/sementara.. Yang anda butuhkan perubahan dalam diri anda.
Anda adalah Sang Juara.
Musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Kalahkanlah baru anda bisa menapak ke tangga yang lebih tinggi.

Sebagai tambahan dari saya:
Selalu ingat pepatah. Do the best and God do the rest, mulailah usaha dengan doa, dan akhiri usaha dalam doa. Doa bukanlah BAN SEREP atau BACKUP. Doa dan restu dari Tuhan adalah no. 1 ! Tuhan tidak menyukai pemalas, jangan berharap kita bisa duduk manis dan Tuhan memberi kita begitu saja. Berusahalah dengan baik, serahkan sisanya pada Tuhan karena sekeras apapun usaha kita, semua mubazir jika Tuhan tidak berkenan.

Salam sukses dan Tuhan memberkati :)

Selasa 5 April 2011: Godaan Rasio

Godaan Rasio (Yohanes 6:1-15)


Ada satu jenis godaan yang mungkin jarang kita dengar, yaitu godaan rasio. Godaan ini berupa suara lembut yang mendorong kita untuk bertindak berdasarkan rasio. Padahal ada kalanya Tuhan menghendaki kita bertindak dengan iman, yang bisa saja bertolak belakang dengan pikiran kita. Saat kita dihadapkan pada situasi seperti ini, sebenarnya kita punya kesempatan untuk melihat kuasa dan mukjizat Allah dinyatakan di hidup kita, lewat iman.

Saat murid-murid diminta mengumpulkan makanan yang ada untuk memberi makan lima ribu orang, mereka hanya mendapat lima roti dan dua ikan. Dalam kondisi demikian, sebenarnya mereka bisa mudah tergoda untuk tidak taat kepada Tuhan dengan tidak menyerahkan makanan yang sedikit itu. Toh, mustahil sedikit makanan itu bisa mencukupi makan lima ribu orang. Gampang sekali bagi Andreas untuk mengembalikan lima roti dan dua ikan itu kepada si anak kecil dan berkata, “Nih, ambil kembali saja. Sebab tidak akan cukup untuk memberi makan orang sebanyak ini.” Namun bersyukur, mereka tak tergoda untuk memakai rasio.

Tuhan kita yang mahakuasa, bisa bekerja dalam berbagai ketidakmungkinan. Walau ini tentu melatih iman dan percaya kita kepada-Nya. Inilah alasan mengapa terkadang Dia mengizinkan kita mengalami masalah-masalah yang sangat sulit diselesaikan oleh rasio manusia. Mungkin kita sedang mengalami hal itu. Rasio kita sudah membisikkan kata tidak mungkin, tidak bisa, tidak sanggup, dan sebagainya. Rasio dan iman percaya harus diterapkan dalam ketundukan pada Tuhan, sehingga tidak membatasi kuasa serta mukjizat Tuhan bekerja di dalam dan melalui hidup kita.

AKAL DAN RASIO KITA BEGITU KECIL

DIBANDINGKAN KEDAHSYATAN TUHAN YANG BESAR


sumber: renunganharian.net - Petrus Kwik

- Christ & Sylvia

Senin, 04 April 2011

Senin 4 April 2011: Doa yang tak terkabul

Senin, 4 April, 2011

Yoh 4:43-54

“Banyak orang berdoa meminta kepada Tuhan, akan tetapi hanya mereka

yang percaya dengan sungguhlah yang mendapatkannya.

Cerita Injil hari ini bisa dipersingkat seperti ini; Si ayah yang anaknya sakit mendengar bahwa Yesus datang ke daerahnya. Ia bertemu dengan Yesus dan memohon kesembuhan bagi anaknya. Yesus berkata kepadanya; “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat maka kamu tidak percaya. “ Lanjutnya; “Pergilah, anakmu hidup.” Orang itu PERCAYA akan perkataan Yesus, lalu pergi. Dan ketika Ia mendekati rumahnya, hambanya mendatanginya dengan kabar bahwa anaknya telah sembuh. Teringatlah ia bahwa kesembuhan anaknya terjadi bersamaan waktu ketika Yesus mengatakan kepadanya; “Pergilah, anakmu hidup.”

Banyak orang selalu bertanya; Romo, aku telah berdoa banyak kali, bahkan untuk satu maksud saja aku sudah memintanya dengan berbagai cara (intensi misa, berbagai novena dan doa-doa lainnya lagi), tapi kenapa Tuhan tidak mengabulkan permohonanku? Aku selalu menjawab; Ya, karena kamu fokus pada apa yang kamu minta dan bukannya percaya pada Allah yang akan mengabulkan doamu. Bagiku, terkabulnya doa bukan tergantung pada berapa kali Anda meminta sesuatu kepada Tuhan tapi sejauh manakah Anda percaya bahwa Tuhan akan memberi apa yang kamu minta, bukan sesuai dengan kehendakmu tapi hanya kehendak-Nyalah yang terjadi. Aku senang untuk mengatakan ini kepada para peniten yang selalu mengharapkan bantuan nyata dari apa yang mereka minta dalam doa mereka; “Manusia membutuhkan tanda dan mujizat untuk percaya tapi Allah membutuhkan iman dan kepercayaanmu untuk melakukan mujizat bagimu.” Dengan kata lain, iman mendatangkan mujizat dan sebaliknya mujizat menguatkan iman seseorang. Hanya mengingatkanmu bahwa pegawai istana itu percaya akan kata-kata Yesus dan ia mendapatkan apa yang dia mintakan. Banyak di antara kita yang meminta tapi hanya sedikit yang percaya akan mendapatkannya. Dan, sungguh, mereka inilah yang mendapatkan apa yang mereka mintakan seperti pegawai istana dalam cerita Injil hari ini. Bagaimana dengan kita yang lain? Kita berdoa dan meminta tapi meragukan kebaikan hati Allah untuk mengabulkan apa yang kita mintakan, atau setidak-tidaknya kita terlalu fokus pada kemendesakan akan kebutuhan kita dripada percaya dan pasrah kepada kehendak kepada Allah.

Injil hari ini memberika beberap point penting untuk direnungkan sekaligus menjadi kekuatan bagimu;

Pertama, Doa dan permintaan orang lain pun sangat bermanafaat dalam hidup seseorang. Ayah itu percaya dan meminta kepada Yesus dan anaknya mendapatkan kesembuhan.

Kedua, Tuhan tahu apa yang Anda perlukan. Banyak orang tidak mendapatkan apa yang mereka minta karena keraguan yang hidup di dalam hati mereka.

Ketiga, Jika seorang saja percaya di dalam rumah/sebuah komunitas maka Allah akan menunjukkan sesuatu yang mengagumkan kepadamu, yakni pertobatan untuk semua anggota rumah seperti si pegawai itu yang percaya, maka seluruh anggota keluarga pun menjadi percaya. Anda melakukan sesuatu dari kemampuanmu maka Allah akan melakukan segalanya untuk melengkapi apa yang masih kurang dalam perjuanganmu.

Karena itu, saya selalu percaya bahwa terkabulnya sebuah doa tergantung pada seberapa besar imanmu di balik doa permohonanmu. Tuhan tentunya mengabulkan sesuatu sesuai dengan Kehendak dan waktu-Nya, tapi imanmu sungguh menjadi kunci yang membuka pintu rahmat itu. Bagaimana Tuhan membuka pintu rahmat itu jika Anda tidak memberikan kuncinya? Sungguh, Tuhan bisa bersabda saja maka pintu itu akan terbuka, tapi yang indah dari pihak Tuhan adalah mujizat-Nya selalu terjadi karena partisipasimu. Ini bukan menyangkut Tuhan tapi Tuhan memerlukan partisipasimu dalam sebuah mujizat agar Anda pun merasa berarti di hadapan-Nya dan sesamamu.

sumber: notes FB Gereja Katolik

- Christ & Sylvia

Minggu, 03 April 2011

Minggu 3 April 2011: Puasa

Puasa bagi Murid Yesus (Markus 2:18-22)


Ada beberapa denominasi gereja tertentu memiliki tradisi berpuasa dan sangat mementingkan ajaran tentang puasa dan ada yang tidak. Bagi bangsa Yahudi, puasa merupakan tradisi keagamaan yang sangat penting, golongan Farisi bahkan memiliki kebiasaan berpuasa dua kali seminggu (Lukas 18:12). Di Perjanjian Lama, ada seruan berpuasa sebagai ungkapan kesedihan (1 Samuel 31:13, 2 Samuel 1:12), atau ungkapan pertobatan (1 Samuel 7:6). Tetapi bagi golongan Farisi, puasa juga merupakan aktivitas rohani yang menampakkan kesalehan—supaya berbeda dengan orang lain (Lukas 18:11,12). Mengapa saat murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang Farisi berpuasa, murid Yesus tidak melakukannya?

Bagi Yesus, murid-murid-Nya bagai para sahabat yang sedang menyongsong mempelai laki-laki. Dan, mereka dipenuhi sukacita surga sebab Yesus sang mempelai itu telah datang. Datang untuk membuka relasi baru, yaitu hidup diperdamaikan dengan Allah. Datang untuk mengasihi orang berdosa dan meniadakan dosa yang dibenci-Nya melalui pengorbanan Yesus di kayu salib. Maka, murid-murid itu tak perlu lagi berdukacita atas dosa dan kesalahan mereka.

Namun jangan salah, puasa itu penting. Sebab Yesus tak pernah meniadakan puasa (ayat 20). Yesus justru meluruskan tujuan puasa. Bukan untuk menonjolkan kebanggaan manusia akan kesalehannya. Puasa yang sesungguhnya dilakukan demi membangun relasi yang intim dengan Allah, mengasah kepekaan diri akan kehadiran Allah, menjadi peka akan dosa, dan selalu terbuka untuk mengikuti kehendak-Nya dan bukan pemuasan kehendak diri sendiri. Selamat berpuasa.

BERPUASA ADALAH MENANGGALKAN KEINGINAN DIRI

DAN TUNDUK PADA KEHENDAK-NYA DENGAN SEPENUH HATI


sumber: renunganharian - Susanto, S.Th.

- Christ & Sylvia

Sabtu, 02 April 2011

Sabtu 2 April 2011 - Homili Mgr FX. Hadisumarta O.Carm

Homili - Mgr FX. Hadisumarta O.Carm - MINGGU PRAPASKAH IV/A/2011, Sam 16:1b.6-7.10-13a Ef 5:8-14 Yoh 9:1-41



Isi pokok pesan kabar gembira Injil Yohanes hari ini ialah, bahwa kita diajak melihat wajah Yesus. Dengan melihat Yesus mata kita lepas dari kekaburan dan kegelapan pandangan kita, dan melihat dengan terang betapa indah wajah Yesus. Dari wajah itu tampak betapa besar kekuatan-Nya yang mampu menyembuhkan segala penyakit kita. Wajah-Nya itu membuat kita dengan sadar sepenuhnya dan sebulat hati mengakui, bahwa Yesus adalah sungguh Tuhan dan Penyelamat kita, yang datang untuk menyelamatkan kita di dunia ini.

HOMILI

Dari cerita Injil yang panjang namun bagus ini kita mencoba mengambil beberapa butir maknanya. Cerita Injil Yohanes sungguh indah, tetapi isinya yang ingin disampaikan kepada lebih indah lagi! Ada beberapa hal yang patut kita perhatikan dalam hidup kita, baik secara pribadi maupun dalam hubungan kita dengan orang lain dan masyarakat. Injil hari ini menunjukkan adanya di dalam diri kita dan juga di antara kita semua sebagai komunitas atau masyarakat unsur-unsur ini: pertentangan (kontroversi), penderitaan (penyakit), dan kebutaan, lahir dan batin.

Pertama: pertentangan. Ada kenyataan bahwa seorang yang buta sejak lahirnya dapat disembuhkan. Tetapi justru penyembuhan ini menimbulkan masalah. Ketika ditanya, orang yang semula buta itu menjawab: Yesus telah membuat aku dapat melihat. Orang buta ini mengalami pergantian dari kegelapan kepada terang. Ia melihat Yesus sebagai sesama manusia, kemudian sebagai nabi dan akhirnya sebagai Putera Allah. Sebaliknya, kaum Farisi ketika melihat kenyataan penyembuhan itu, justru mulai ragu-ragu dan akhirnya tak mau mengakui bahwa Yesus datang dari Allah. – Orang-orang yang membanggakan diri sebagai orang beragama, justru membuat dirinya buta! Bukankah sekarang pun di negara-negara, yang memperkenalkan diri sebagai bangsa yang sungguh beragama ketat, terjadi aneka ragam kebutaan terhadap kemanusiaan warganya? – Inilah pertentangan antara kesederhanaan murni dan pengetahuan palsu; antara keyakinan keagamaan/rohani sejati dan fanatisme sebagai iman yang palsu. Si buta itu minim pengetahuannya ttg keagamaan, mungkin tidak rajin ke Bait Allah. Ia hanya tahu dan sadar, bahwa semula ia berada dalam kegelapan, tetapi sekarang dapat melihat keadaan dunia di mana ia hidup. Ia mengakui: “Satu hal yang kuketahui ialah bahwa aku semula buta, tetapi sekarang aku bisa melihat”. Orang ini bukan memulai kesembuhannya dengan suatu pengetahuan khusus agama, melainkan dengan pengakuan (kepercayaan): Yesus adalah seseorang yang memberinya hidup baru, menyelamatkan dan menyingkirkan kebutaan matanya, memberikan harapan dan keberanian! Maka ia berkata: “Aku percaya, Tuhan!”.

Kedua: penderitaan. Suatu penderitaan atau penyakit fisik, yang lama diderita dapat menimbulkan penderitaan psikis atau rohani yang lebih berat. “Mengapa aku harus menderita?”. “Mengapa Tuhan membiarkan adanya penderitaan?”. “Siapakah yang salah, bahwa aku ini buta, tulis, dungu, dan bukan seperti lainnya?”. “Apakah penderitaan ada maknanya?”. “Apa nilainya?”. “Siapa yang menyebabkannya?”. Maka kebutaan sering dipakai sebagai lambing ketidakmampuan kita untuk menangkap dan memahami penderitaan kita apapun bentuknya. Penderitaan itu dapat berkurang atau sebaliknya malahan bertambah dirasakan, apabila dikaitkan dengan keyakinan keagamaan/batin masing-masing.

Ketiga: kebutaan. Dewasa ini, telah sekian lamanya ada agama-agama yang mengajarkan hal-hal tentang keselamatan jiwa raga manusia. Diajarkan tentang Allah dan manusia, tentang hubungan antara manusia dan Allah serta sesama, tetapi ternyata pengertian dan penghayatan ajaran agama itu oleh pemeluk-pemeluknya berbeda-beda. Ada sikap orang pandai dan orang bodoh, orang besar dan orang kecil, orang sederhana dan orang angkuh atau arogan, orang saleh-jujur dan orang fanatik-palsu, - semua ini dapat diumpamakan sebagai kegelapan dan terang, atau sebagai kebutaan dan penglihatan gamblang. Perbedaan ini kenyataannya memperlihatkan sikap orang beriman atau orang beragama yang berlainan. Makin modern zaman kita, makin berbeda pula pandangan serta penghayatan hidup beragama!



Menghadapi kenyataan ini kita, sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, dapat belajar dari Injil Yohanes hari ini. Kita diajak berjumpa dengan Yesus dan melihat wajah-Nya. Syarat mutlak yang dibutuhkan untuk dapat melihat wajah-Nya ialah, bahwa kita semua tanpa perbedaan harus mengakui adanya kebutaan dalam diri kita masing-masing. Hanya dengan syarat inilah kita dapat berjumpa dengan Yesus dan melihat wajah-Nya penuh kasih, yang datang untuk menyelamatkan kita. Ia akan membuka mata kita dan kita akan sungguh percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Penyelamat kita. Dalam wajah-Nya kita dapat melihat kesungguhan dan kesediaan-Nya untuk berbuat segalanya yang dituntut untuk penyelamat kita: rendah hati, menolong, mengampuni, menderita, mati disalib. Betapa indah wajah-Nya!

sumber: FB Gereja Katolik

- Christ & Sylvia

Jumat, 01 April 2011

Jumat 1 April 2011: Seandainya

Seandainya ( 1 Korintus 7:17-24)


Seandainya saya menikah—tentu saya tidak kesepian lagi. Seandainya gaji saya lebih besar—tentu kehidupan keluarga saya lebih harmonis. Seandainya saya tidak terjebak di kota kecil ini—tentu bisnis saya berjalan lebih lancar. Seandainya istri saya penuh pengertian—tentu saya bisa melayani Tuhan secara lebih leluasa. Seandainya. Seandainya. Seandainya.

Pernahkah pikiran semacam itu mengerumuni benak Anda? Lumayan sering, ya? Kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia. Dan, kita mengira, jalan untuk mencapainya ialah berubahnya keadaan atau orang di sekitar kita.

Jemaat di Korintus juga berpikiran demikian. Untuk menjadi orang kristiani yang lebih baik, orang yang tak bersunat perlu bersunat; seorang hamba perlu memerdekakan diri; yang melajang perlu menikah. Bagaimana tanggapan Paulus? Menurutnya, bagi orang yang telah dipanggil Allah, tidaklah penting keadaan lahiriahnya. Kalau bisa diubah menjadi lebih baik, mengapa tidak? Namun kalau tetap sama, tak perlu dipaksakan untuk berubah. Kalaupun malah menjadi lebih buruk—karena kita dianiaya, misalnya—itu pun tidak masalah.

Faktor yang paling menentukan ialah kehidupan baru yang dianugerahkan kepada kita: bahwa sekarang kita ”tinggal di hadapan Allah”, hidup bersama dengan Allah. Kebahagiaan hidup kita tidak lagi ditentukan oleh faktor lahiriah, melainkan oleh faktor batiniah: hubungan kita dengan Allah. Kita menjadi milik-Nya, dipanggil untuk mengasihi dan menaati-Nya. Dengan kesadaran ini kita dapat hidup tenang dan tenteram, bagaimanapun kondisi lahiriah kita, terbebas dari lingkaran setan ”seandainya”.

KEBAHAGIAAN HIDUP BUKAN DITEMUKAN SAAT KITA NYAMAN

MELAINKAN SAAT KITA MELAKUKAN MAUNYA TUHAN


sumber: renunganharian.net - Arie Saptaji

- Christ & Sylvia