Senin, 28 Februari 2011

Senin 28 Feb 2011: Rajawali Membubung Tinggi

Rajawali Membubung Tinggi ( Yesaya 40:28-31 )



Apa rahasia orang belajar berenang? Bagaimana mungkin dengan berat badan yang tidak ringan, seseorang bisa mengapung di air, bahkan bergerak maju dengan pelbagai gaya? Satu prinsip awal berenang ialah belajar “percaya” pada air. Jika kita “menyerah” pada air, tubuh kita akan mengapung. Sebaliknya, jika kita “melawan” air, mengencangkan otot-otot sampai kaku, kita malah tenggelam. Itu kuncinya. Memercayakan diri kepada air.

Ayat 31 melukiskan tentang rajawali yang membubung tinggi. Rajawali memang suka terbang tinggi, seperti dilukiskan di Perjanjian Lama. Ia terbang dan membuat sarang di ketinggian (Yeremia 49:16; Obaja 4). Ia bisa naik ke gunung Libanon; mengambil puncak pohon aras yang tinggi sekali (Yehezkiel 17:3). Padahal di ketinggian, angin berembus kuat. Bagaimana rajawali dapat terbang dengan begitu ringan dan tenang? Rupanya ia punya cara jitu. Daripada melawan angin, ia memanfaatkannya untuk bergerak bersama tiupan angin. Ia “memercayakan” diri pada dorongan angin untuk maju. Jadi, sebenarnya ia bukan terbang, melainkan melayang di ketinggian. Melayang bukan dengan kekuatannya sendiri, melainkan dorongan angin.

Tatkala angin kesulitan hidup menghantam, apakah tanggapan kita? Mengeluh, mengaduh, geram, marah, berteriak, menuduh orang lain, menyalahkan Tuhan—itu yang lazim. Kita melawannya dengan kekuatan sendiri. Padahal percuma. Kita akan kelelahan. Terengah-engah dan frustrasi. Kesulitan yang kian besar justru harus menjadi “kendaraan” kita untuk kian berserah, memercayakan diri pada bimbingan Tuhan. Izinkan Roh-Nya membawa kita “melayang” di tengah embusan angin persoalan

KETIKA TANTANGAN HIDUP MEMBESAR

PERBESARLAH KEPERCAYAAN KITA KEPADA-NYA




Penulis: Pipi Agus Dhali

Minggu, 27 Februari 2011

Minggu 27 Februari 2011: Memberi dengan Sukacita

Memberi dengan Sukacita(2 Korintus 9:9-12)


Ada humor tentang seorang anak kecil yang mengamati para petugas ketika mengedarkan kantong persembahan di tengah ibadah. Saat kantong persembahan itu semakin mendekat ke barisan tempat anak itu duduk, ia membisik ayahnya—walau dengan volume suara yang membuat semua orang di sekeliling mereka mendengarnya, ”Ayah tidak perlu membayari aku. Kan aku masih di bawah lima tahun?”

Sebagai bagian ibadah, persembahan kadang masih kurang dipahami dan dihayati maknanya. Tak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Dan, kurangnya pengertian ini hanya menggerus motivasi untuk memberi, apalagi memberi lebih banyak.

Persembahan, adalah sarana yang akan dipakai gereja untuk dapat menjalankan segala fungsinya dengan baik. Sama seperti ketika seseorang memiliki keluarga dan harus membayar berbagai tagihan atas keluarganya, demikian pula ketika kita menyebut sebuah gereja sebagai ”gereja saya”, maka kita turut bertanggung jawab atas kelangsungan kehidupannya. Bagaimana gedung dirawat, para hamba Tuhan dicukupi, program gereja berkembang, kegiatan jemaat dibuat lebih mendalam demi menumbuhkan kerohanian, bahkan bagaimana gereja dapat melayani keluar jemaat dan menjadi berkat, tentu tak lepas dari persembahan yang dibawa jemaat.

Yang penting, Tuhan mau kita memberi persembahan atas dasar sukacita, kasih, dan syukur kepada Allah yang telah begitu besar mengasihi kita (ayat 7,12). Dan, ketika kita berani memberi, Tuhan tidak akan membiarkan kita kekurangan, sebaliknya, Dia akan membuat kita berkecukupan, bahkan berkelebihan (ayat 8)!



sumber: www.renunganharian.net - Agustina Wijayani

Kamis, 24 Februari 2011

sabtu 26 Februari 2011 Perbuatlah apa yang bisa Anda lakukan hari ini

"PERBUATLAH APA YANG ANDA BISA BUAT HARI INI."

Mrk 9: 41-50

“Banyak orang membiarkan apa yang mereka tidak dapat buat menghalanginya untuk berbuat sesuatu yang bisa mereka perbuat.”

Banyak orang berpikir tentang bagaimana mengubah dunia ini sehingga lupa untuk mengubah dunia dirinya sendiri. Banyak orang ingin mengubah sebuah komunitas di mana mereka berada sehingga lupa mengubah sikap dan aklaknya dalam komunitas itu. Banyak orang tua ingin agar anak-anaknya menjadi baik sehingga lupa untuk menjadi teladan bagi mereka (ingat akan kebenaran ini menuai apa yang kita sendiri tanam). Banyak anak ingin melihat dan bangga terhadap orang tuanya sehingga lupa untuk menjadi anak yang baik. Pokoknya Anda bisa membuat litany panjang tentang ini. Akan tetapi, aku cuma mengajak engkau sebagai sahabatku untuk berbuat apa yang bisa Anda perbuat saat ini, dan tidak boleh menunda sampai esok. Jangan biarkan pikiranmu bahwa Anda tidak bisa buat menghalangi kemampuanmu untuk berbuat baik bagi orang lain hari ini.

Injil hari ini sungguh memberikan sederet peringatan tegas dan keras dari Sang Guru kepada kita murid-murid-Nya; “Lebih baik ikat batu di leher bila menyesatkan orang lain. Potong kaki, tangan dan cungkil mata bila mereka membuatmu berdosa. Intinya, semua anggota tubuh yang membuatmu berdosa, lebih baik dibuang/dipotong. Bayangkanlah jika ini benar-benar kita praktekan secara harafiah. Sudah pasti kita akan tau siapakah yang berdosa dan dengan apakah ia berdosa; tangan kudung karena mencuri, mata satu bahkan keduanya tidak ada karena gunakan untuk melihat sesuatu yang membuat si buta berdosa, dan beragam contoh lainnya. Wah, pasti banyak pendekar mata satu kita temukan dalam hidup (film Indonesia) Atau lainnya, garam itu asin dan itu baik, tapi dengan apakah ia diasinkan lagi bila sudah menjadi tawar?

Oleh karena itu, marilah kita belajar dari Sang Guru lewat kisah-kisah-Nya yang tercatat dalam Injil. Mungkin dan bahkan Yesus tidak sukses mempertobatkan para farisi dan ahli taurat, tetapi setiap orang yang disembuhkan; entahkah yang timpang, buta, sakit, mati sekalipun selalu bertobat dan percaya ketika mereka disembuhkan. Atau pun, bukankah Matius rela meninggalkan rumah cukai ketika dipanggil Yesus? Bukankah Maria Magdalena bertobat dan menjadi murid setia Yesus ketika ia disembuhkan oleh Yesus? Intinya, walaupun misi Yesus jelas untuk menyelamatkan manusia tapi rasanya semua yang pernah mendengarkannya, tidak menjadi bertobat dan diselamatkan, selain mereka yang betul-betul memutuskan untuk selamat dengan percaya dan melakukan perintah-perintah Allah dalam hidup. Karena itu, sebuah perubahan harus selalu dimulai dari dalam diri kita masing-masing. Sesuatu yang nampak kecil dan tak berarti dari pihak kita tapi orang lain akan berubah karena kehadiranmu, karena sikap hidupmu, karena kata dan perbuatanmu. Bukankah pelita itu harus ditempatkan di atas kaki dian agar sinarnya menyinari semua areal di mana ia berada? Buatlah apa yang Anda bisa buat hari ini dan biarlah itu menjadi sebuah persembahan indah untuk Tuhan dan untuk mereka yang ada disekitarmu. Jangan biarkan pikiranmu tentang sesuatu yang tidak dapat Anda perbuat menghalangimu untuk berbuat sesuatu bagi orang lain hari ini. Anda punya itu dan gunakanlah hari ini, kawan.

Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat,

Romo Inno


-diambil dari Facebook Gereja Katolik, kamis 24 Februari 2011

Jumat 25 Februari 2011: Mewaspadai jebakan rutinitas

Mewaspadai jebakan rutinitas (Roma 12:11)



Saat kampanye pemilihan presiden AS tahun 2008 lalu, Barack Obama mengusung tema "Change" atau perubahan dlm setiap kampanye nya. Resep itu terbukti ampuh, Obama terpilih menjadi presiden AS ke-44. Namun menjelang 2 tahun pemerintahannya, hampir tidak ada kebijakan luar biasa yg Obama lakukan. Kepadatan jadwal tugas kenegaraan telah menyita hampir seluruh waktunya. Hampir-hampir tidak ada waktu lagi untuk melakukan perubahan seperti yg ia janjikan. Rutinitas telah merampas waktunya untuk bisa merealisasikan janji kampanye nya dulu.

Org yg br berobat biasanya mengalami kasih mula2. Ia bersemangat mengikuti seluruh acara ibadah yg diadakan. Kepada semua org, ia bersaksi tentang Yesus. Jam doanya banyak, saat teduh nya rutin, dan ia tekun membaca Alkitab. Namun karena tidak waspada, ia terjebak di dalam lubang yang bernama rutinitas. Ibadahnya telah berubah menjadi sebuah kewajiban biasa.

Rutinitas adalah musuh tersembunyi yang sering tidak kita sadari keberadaannya. Bila tidak segera disadari, rutinitas akan membawa dampak negatif, yaitu membuat org kehilangan gairah atau semangat dlm melakukan pekerjaannya serta membuat org lupa bertumbuh. Mereka merasa telah mengerjakan banyak hal, padahal yg dikerjakan baru tugas pokok saja. Sementara yg bersifat pertumbuhan dan perubahan tak tersentuh.

Demikian juga halnya dlm hal kerohanian. Ibadah yg dilakukan semata-mata karena rutinitas akan membuat iman seseorang tidak bertumbuh. Ibadah yang tidak dilakukan dengan hati atau hanya bersifat kewajiban tidak akan membuat iman seseorang bertumbuh. Imannya suam2 kuku dan Tuhan tidak berkenan kepada orang seperti ini. (Why 3:15-16).

Cara mengatasi jebakan rutinitas adalah: pertama, miliki visi. Visi akan membantu seseorang untuk menemukan tujuan hidupnya. Visi pula yg akan menyadarkan kita bahwa masi banyak hal yg harus dikerjakan. Kedua, jgn cepat puas. Miliki mental yang mau terus bertumbuh. Ketiga, hidup karib dengan Tuhan. Org yang dekat dengan Tuhan mendapat semangat baru setiap hari. (Yes 40:31)

Rutinitas pekerjaan atau pelayanan jgn sampai membuat kita kehilangan gairah sehingga terjebak untuk menjalaninya sebagai kewajiban belaka. Banyak orang di awal2 bersemangat melayani Tuhan, namun ditengah jalan mulai "kehabisan bensin" alias muali kendor semangatnya, dan akhirnya mundur teratur, hingga hilang tak berbekas. Yang Tuhan inginkan ialah kerajinan kita tidak berubah menjadi kendor, roh kita terus menyala2 untuk melayani Dia (Rm 12:11). Kita harus bertahan hingga garis akhir. Dengan tetap memelihara api Roh supaya tetap menyala, mari terus bergairah melayani Tuhan sambil mempersiapkan diri menyongsong kedatanganNya yg kedua kali.

-Christ & Sylvia

Kamis 24 Februari 2011

Untung (2 Korintus 12:1-10)



Suatu hari, ketika tengah menyiram tanaman di halaman depan rumahnya, Bu Waluyo terpeleset. Ia jatuh terduduk. Lututnya memar. Katanya, ”Untung cuma memar, tidak sampai keseleo.” Kali lain, Pak Amat yang tengah berjalan-jalan pagi terserempet oleh sepeda motor. Tubuhnya sampai jatuh terjerembab ke trotoar. Akibatnya, tangan dan kakinya terluka cukup parah. Dan, ia sempat dirawat inap semalam di rumah sakit. Katanya, ”Untung cuma tangan dan kaki yang luka, tidak sampai kepala.”

Berprinsip ”untung” tentu saja baik. Dengan begitu, setidaknya orang tidak akan terus menyesali “kesialannya”. Akan tetapi, dalam terang iman ada alasan yang lebih baik. Kita beruntung bukan karena tidak mengalami kejadian yang lebih buruk, tetapi karena kita meyakini bahwa di dalam segala hal Allah turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan. Entah hal pahit atau manis, duka atau suka, Allah pasti dapat memakainya demi kebaikan kita.

Secara akal, kita bisa bertanya demikian, ”Bagaimana mungkin kepahitan dan penderitaan bisa menjadi kebaikan?” Namun jangan lupa, kuasa Allah kita yang dahsyat melampaui segala perhitungan akal manusia. Paulus meresapi betul prinsip iman ini dalam hidupnya. Itulah sebabnya ia tidak pernah undur, bahkan dalam kelemahan fisiknya, atau juga dalam setiap penderitaan dan ancaman yang harus diterimanya. Dalam segala keadaan, ia tidak pernah kekurangan pengharapan. Seperti dikatakannya, ”Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (ayat 10)

DALAM IMAN TIDAK ADA ALASAN UNTUK BERHENTI BERPENGHARAPAN


sumber: www.renunganharian.net - Ayub Yahya

- Christ & Sylvia

Rabu, 23 Februari 2011

Rabu 23 Februari 2011: Demokrasi Kasih

Demokrasi Kasih ( Galatia 5:13-15 )


Ada beberapa bentuk pemerintahan di dunia ini. Monarki, adalah sebuah bentuk pemerintahan di bawah pimpinan satu orang. Oligarki, adalah pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang saja. Aristokrasi, pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang terbaik di negeri tersebut. Plutokrasi, pemerintahan yang dipimpin oleh sekelompok orang kaya. Dan, Demokrasi, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dengan meminjam istilah bentuk-bentuk pemerintahan tersebut, maka bentuk kehidupan bermasyarakat yang paling sesuai untuk dianut oleh orang-orang kristiani adalah bentuk demokrasi kasih. Paulus berbicara kepada jemaat di Galatia agar mereka memiliki pola hidup berjemaat yang demikian. Pola hidup yang saling melayani berdasarkan kasih terhadap sesama. Sebaliknya, pola hidup yang bertekun dalam dosa harus ditanggalkan. Dengan kata lain, Paulus ingin menekankan bahwa setiap orang percaya dipanggil bukan untuk hidup egois dan mengejar hawa nafsu pribadi, melainkan untuk peduli dan mengasihi sesama manusia.

Bagaimana kita mewujudkan ”masyarakat demokrasi kasih” tersebut? Paulus memberikan sebuah contoh praktis dalam ayat berikutnya. Jikalau kita sampai terlibat konflik dalam menjalani kehidupan bersama, jangan sampai kita saling membinasakan. Maksudnya, ketika konflik antarsesama tak dapat dihindarkan, kita harus selalu menyediakan segudang pengampunan bagi lawan kita. Agar kita terhindar dari dendam dan keinginan untuk membinasakan lawan konflik, serta agar kasih Allah tetap bisa dinyatakan bahkan melalui konflik tersebut.

HIDUP YANG PENUH KASIH SEHARUSNYA MENJADI CIRI KHAS

KEHIDUPAN ORANG PERCAYA


sumber: www.renunganharian.net - Riand Yovindra

- Christ & Sylvia

Selasa, 22 Februari 2011

Selasa 22 Februari 2011: Cadangan Kekuatan Rohani

Cadangan Kekuatan Rohani(Ulangan 8)


Seorang mahasiswi bimbingan skripsi saya datang dengan muka sembab dan mata merah. Tampaknya ia habis menangis. Ketika saya tanya apa yang terjadi, ia menjawab bahwa seluruh tulisan yang seharusnya hendak ia konsultasikan kepada saya, terhapus oleh virus di persewaan komputer. Saya mencoba menenangkan hatinya dan memberinya waktu lebih untuk mengetik ulang. Sebelum ia pergi, saya mengingatkannya untuk menduplikasi failnya di beberapa tempat dan menyimpannya dengan baik. Ia harus punya cadangan data.

Perbuatan-perbuatan Tuhan kepada nenek moyang Israel pada masa lalu selalu disimpan dalam ingatan mereka dan dicatat, untuk kemudian diteruskan oleh bangsa Yahudi kepada keturunan mereka. Pengalaman masa lalu ketika Tuhan pernah menuntun mereka keluar dari Mesir, melewati Sinai, dan memasuki Kanaan, merupakan cadangan kekuatan rohani yang—jika diingat kembali—akan menguatkan generasi yang tidak mengalami langsung kejadian-kejadian tersebut (ayat 11). Selain itu, ingatan akan kedahsyatan Tuhan akan membuat Israel tidak memegahkan diri atas kebesaran yang mereka capai, tetapi hanya karenaTuhan (ayat 17,18).

Kita tak boleh lupa menyimpan cadangan kekuatan rohani. Cadangan yang berisi pengalaman dan kemenangan rohani bersama Tuhan adalah ”file” yang patut disimpan di ingatan dan catatan. Maka, penting jika setiap kali selesai berwaktu teduh, kita menuliskan hal-hal yang penting untuk diingat. Hingga ketika hidup jadi berat, ingatan dan catatan itu akan memberi kekuatan rohani saat dibaca kembali.

INGAT-INGATLAH KEBAIKAN TUHAN

KALA KITA MENCARI KEKUATAN DI TENGAH PERGUMULAN

Senin, 21 Februari 2011

Senin, 21 Februari 2011: Percaya dengan segenap hati

Percaya dengan Segenap Hati (Amsal 3:5,6)


Seorang mahasiswa kehilangan sepeda motornya ketika tengah berkunjung ke indekos temannya. Si pemilik indekos, karena merasa ikut bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, menyarankan agar si mahasiswa menemui paranormal terkenal yang ada di daerah itu. Namun, mendengar saran itu, ia menjawab, “Ibu, saya menaruh percaya kepada Yesus. Saya lebih baik kehilangan sepeda motor saya daripada bertanya ke paranormal.” Sebuah pernyataan yang tentu tak mudah dijalankan.

Penulis Amsal meminta kita menaruh percaya kepada Tuhan. Kata “percaya” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu (bahwa seseorang atau sesuatu itu akan dapat memenuhi harapannya). Dengan demikian, percaya kepada Tuhan berarti yakin benar pada kemampuan Tuhan, bahwa Dia dapat memenuhi apa yang kita harapkan. Bahwa Dia dapat diandalkan, kapan pun dan di mana pun. Selanjutnya, penulis Amsal mengatakan bahwa percaya yang dimaksud adalah percaya dengan segenap hati. Artinya, percaya yang juga dibarengi dengan kehendak untuk memasrahkan diri secara penuh kepada maksud dan rencana Tuhan.

Percaya tentu memerlukan dasar. Penulis Ibrani mengatakan bahwa Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini, sampai selama-lamanya (Ibrani 13:8). Ayat tersebut menjadi peneguhan bagi kita bahwa Yesus layak dipercaya dan diandalkan karena Dia tidak berubah. Jika demikian, dalam kehidupan kita sehari-hari—menjalankan bisnis, karier, pergaulan, kepemilikan atas sesuatu, kepada siapakah dan dalam apakah kita menaruh percaya?

KUASA KRISTUS LEBIH BESAR DARI SEGALA KUASA LAIN

MAKA TAK USAH MENCARI PERTOLONGAN DI TEMPAT LAIN


Penulis: Sunandar Sirait

Sabtu, 19 Februari 2011

Sabtu, 19 Februari 2011 Tatkala dalam kesesakan

Tatkala dalam kesesakan (Roma 8:26 ; mzm 57:2-12)

Pernahkah anda mengalami keadaan tertekan seperti berada di penjara, anda terkekang seolah tak bisa keluar dr situasi tersebut? Saat menghadapi keadaan seperti ini, silas dan paulus yg sedang terbelenggu di dalam penjara yg dikawal oleh tentara romawi, malah berdoa dan menaikkan puji-pujian kepada Tuhan (kis 16:19-26). Di dlm hati yg bersyukur dan terpaut dengan Tuhan itulah mereka mendapat sukacita serta kemenangan. Paulus yg sudah mengalami berbagai kesesakan dan selalu menang atas keadaan sukar itu, mengajar kita untuk bersukacita senantiasa.

Saya mengalami kebenaran ajaran Paulus ini pada waktu saya dalam kesesakan. Waktu itu saya merasa tidak sehat, tubuh demam, berbeban berat, dan hati galau karena memikirkan tidak ada perubahan yg signifikan dlm hidup saya. Hati saya bertanya, mengapa Tuhan tidak juga mengangkat hidup saya ke tingkat yg saya impikan, pdhl saya sudah belajar setia melayani Dia dan pekerjaanNya sejak remaja. Untuk mengalihkan perhatian dan mendapat sedikit kesenangan, saya main game di laptop saya. Sambil bermain, saya menyanyikan lagu-lagu sekuler, namun ada suara di hati kecil saya yg berkata,"Kenapa engkau tidak menaikkan lagu2 pujian waktu engkau mengalami cinta mula2?" Saya menaati suara itu dan menyanyikan lagu ,"Kemanakah aku dapat pergi menjauhi RohMu Tuhan. Kuberlari mendaki ke langit namun Engkau ada di sana.

Ketika menyanyikan lagu itu, tiba2 air mata saya mengalir tiada hentinya. Lalu suara lembut tadi berbicara lg,"Kenapa engkau tidak mematikan gamenya dan mengambil sikap berdoa?" Saya mengeraskan hati dan berkata,"Ah, nanggung nih. Score-nya lagi tinggi banget, belum pernah mencapai level setinggi ini." Tiba2 saja layar laptop saya yg tidak pernah bermasalah menghitam, tanpa menunda lagi saya lgs mengambil sikap berdoa. Saya menaikkan lagu yg sama berulang2 dan air mata saya tidak bisa berhenti mengalir. Saat itu juga saya merasakan kelegaan, semua keluh kesah saya Tuhan ganti dengan penghiburan dan pengharapan yg baru. Saya mengalami kebebasan manakala datang kepada Tuhan di dalam doa, pujian, dan penyembahan.

Firman Tuhan mengatakan bahwa Dia bertakhta di atas pujian umatNya (mzm 22:4).
Paulus mengatakan bahwa Roh membantu kita berdoa dengan keluhan2 yg tak terucapkan. "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan2 yg tidak terucapkan." (Rm 8:26). Ketika dlm masa kesesakan kita dtg kepada Tuhan dengan hati yg hancur, sampai kita tidak bisa berkata apapun, Roh Kudus akan membantu kita berdoa. Jika saat ini Anda sedang berbeban berat, hampirilah Tuhan dalam doa dan pujian, niscaya ada kemenangan yg Anda dapatkan!


-Christ & Sylvia

Kamis, 17 Februari 2011

Renungan minggu 20 Februari 2011

Ketika kita Berusaha untuk Menyembunyikan Rasa Malu, Bersalah & Menyakitkan


Dalam berbagai media massa, Koran maupun televisi, atau dalam kehidupan kita, kita seringkali membaca dan mendengar serta menyaksikan berbagai kejadian yang memilukan hati kita, di samping berita bencana alam, kematian orang-orang yang tercinta, ada kisah lain, tentang seorang ibu, yang membuang anaknya setelah diketahui bahwa bayinya lahir buta, cacat atau tidak punya anggota tubuh yang lengkap. Ada lagi, keluarga yang menyingkirkan seorang anggota keluarganya keluar jauh kampung/kota-masyarakat karena orang itu gila, sakit mental dan takut dianggap membawa aib bagi keluarga itu. Yang mau saya katakan dengan cerita-berita, pengalaman-pengalaman itu adalah bahwa kita seringkali berusaha untuk menutupi rasa malu, dan berusaha untuk menyembunyikan yang tidak biasa dan menyakitkan seolah-olah segala sesuatu adalah biasa. Kita berusaha untuk menyembunyikan semua yang tidak biasa, yang menyakitkan itu dan merasa tidak ada masalah serta berkata : “marilah bertindak seolah-olah tidak ada masalah, tidak ada yang aneh, tidak ada rasa sakit, tidak ada luka, tidak ada kegagalan, tidak ada penyakit. Dalam hidup saya sendiri, saya mengalami kekuatan yang mendorong untuk menyembunyikan ini, namun dorongan ini lebih sering merugikan daripada hal yang coba kita sembunyikan sendiri.

Rasa takut, malu dan rasa bersalah seringkali membuat kita tertutup pada diri sendiri dan menghalangi kita untuk berkomunikasi dengan jujur dunia sekitar kita dan menyadari bahwa rintangan-rintangan kita, apapun itu, seharusnya selalu dapat menjadi jalan menuju terbangunnya persekutuan yang bersahabat dan menyembuhkan. Di dalam persekutuan ini kita dapat saling mengenal sebagai pribadi yang rapuh, ringkih dan lemah dalam kemanusiaan kita, dan kita semua dapat saling meneguhkan dan menguatkan bahwa kita adalah pribadi yang agung dan mulia karena dicintai dan diberkati Tuhan. Setiap kita harus menyadari bahwa kita mempunyai kesamaan, yaitu bahwa kita adalah makluk yang rapuh, lemah dan dapat mati. Kegagalan fisik, emosional dan rohani adalah tanda-tanda dari keterbatasan itu.

Harapan baru terbentuknya komunitas yang membebaskan akan muncul , bilamana kalau kita dapat menggunakan tanda-tanda bahwa kita makluk yang lemah, cacat serta dapat mati untuk membangun persekutuan kita sebagai orang-orang lemah. Justru dalam pengakuan akan keterpecahan kita itulah kekuatan nyata kehidupan baru dan abadi dapat diteguhkan dan dibuat nyata.

Lebih dari itu, dalam kelemahan dan rasa sakit serta terluka itu, kita harus menyadari bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang mencintai dan memberkati kita. Dia adalah Allah yang selalu beserta kita, apapun keadaan dan situasi kita. IA datang kepada kita dalam pribadi Yesus Kristus karena IA ingin bergabung dengan kita dalam perjalanan hidup kita, mendengarkan kisah kita dan membantu kita menyadari bahwa kita tidak berjalan berputar-putar di tempat tetapi berjalan maju menuju rumah damai dan bahagia. Inilah rahasia agung Allah beserta kita yang terus menerus memberikan kekuatan dan penghiburan. Allah Sang Kasih yang memberikan hidup kepada kita, mengutus Putera tunggal-NYA untuk berada bersama kita sepanjang waktu dan di segala tempat, sehingga kita tidak pernah boleh merasa kalah dalam perjuangan kita tetapi selalu dapat percaya bahwa IA berjalan bersama kita.

Tantangannnya adalah apakah kita membiarkan Allah hadir seperti yang IA kehendaki. Sebagian dari diri kita terpenjara oleh kesepian kita, luka dan rasa sakit serta perasaan bersalah dan malu serta tidak membiarkan Allah menyentuh kita di tempat kita paling merasa sakit. Seringkali kita menyembunyikan dari padaNYA bagian-bagian dari diri kita di mana kita merasa malu, bersalah, bingung dan kalah. Kalau demikian kita tidak memberikan kesempatan kepada-NYA untuk menyertai kita di tempat kita merasa paling sendirian dan kita pun akhirnya merasa seolah berjalan sendiri, hidup sendiri dan kemudian menjadi tidak mampu membangun sebuah komunitas persekutuan hidup yang saling membebaskan dan menguatkan.

Allah mencintai dan memberkatimu semua.

Rm YusTL Pr

sumber: http://rohani.beranimaju.com/2011/02/renungan-ketika-kita-berusaha-untuk-menyembunyikan-rasa-malu-bersalah-menyakitkan/

Jumat 18 Februari 2011: P.S. I Love You

P.S. I Love You (Yohanes 14:15-17, 25-31)



P.S. I Love You, adalah sebuah novel yang difilmkan. Kisahnya tentang wanita bernama Holly yang ditinggal suaminya, Gerry, yang meninggal akibat kanker. Depresi karena kehilangan pasangan hidup yang sangat dicintai membuatnya terus bersedih dan mengurung diri. Pada hari ulang tahunnya, datang sebuah kaset rekaman dari Gerry. Isinya, Gerry meminta Holly keluar dan merayakan ulang tahunnya. Lalu, Gerry berjanji akan mengirim sepuluh surat kepada Holly, yang masing-masing akan dikirim setiap bulan berikutnya. Surat-surat itu menyadarkan Holly bahwa ia harus melanjutkan hidup.

Dan, setiap surat diakhiri dengan tulisan P.S. I Love You (N.B. Aku mengasihimu). Sejak itu, Holly melanjutkan hidupnya dengan ringan, meski tanpa Gerry di sisinya. Saat ditinggalkan oleh Yesus, murid-murid juga mengalami perasaan yang serupa dengan Holly. Dukacita dan kehilangan membuat mereka takut menjalani dan meneruskan hidup. Namun, Yesus sangat mengasihi mereka. Itu sebabnya Yesus menjanjikan datangnya Roh Kudus yang menolong mereka (ayat 16), menunjukkan kebenaran (ayat 17), menghibur (ayat 26), mengajar (ayat 26), mengingatkan mereka (ayat 26), dan memberikan damai sejahtera (ayat 27). Dengan begitu, mereka dapat melewati segala sesuatu, walau tanpa kehadiran Yesus secara jasmani di sisi mereka.

Barangkali kita sedang merasa kehilangan atau merasa seorang diri. Namun ingatlah, kita memiliki Roh Kudus yang akan menolong dan menyertai, termasuk dalam masa-masa sulit. Izinkan Roh Kudus bekerja di hidup kita. Kita akan melihat penyertaan-Nya yang luar biasa.

TUHAN TIDAK PERNAH MEMBIARKAN KITA SENDIRI

SEPERTI MENJAGA BIJI MATA-NYA, KITA DIJAGAI DAN DIKASIHI


sumber: www.renunganharian.net - Gloria Kamiharja

Rabu, 16 Februari 2011

Kamis 17 Februari 2011 : Pengkritik

Pengkritik (Matius 9:9-13)


Walt Disney adalah salah satu raksasa entertainment terbesar di dunia ini. Apakah perjalanannya menuju sukses berlangsung mulus? Tidak selalu. Disney harus bertemu banyak pengkritik yang berusaha membunuh impiannya. Gagasan tentang tikus kartun pada zaman itu sangat konyol. Tak heran Disney harus menelan banyak kritik, sindiran, hinaan. Namun kini, anak-anak di seluruh dunia harus berterima kasih kepadanya karena berhasil mempertahankan impian dan tetap berusaha mewujudkannya.

Pengkritik tak memandang orang. Tak peduli betapa kerasnya Anda bekerja. Tak peduli betapa hebatnya gagasan Anda. Tak peduli betapa luar biasanya bakat dan kemampuan Anda. Tak peduli Anda sosok yang sempurna. Anda tetap menjadi sasaran kritik. Tak seorang pun bebas dari kritik. Semua dihadapkan pada pilihan: membiarkan kritik membunuh impiannya atau memilih mempertahankan impian itu!

Yesus adalah figur sempurna. Namun, maksud baik Yesus pun disalahartikan. Kebaikan Yesus menyembuhkan orang lumpuh, orang buta, dan orang bisu pun, dikritik habis. Jika Tuhan Yesus yang sempurna pun menuai kritikan hebat, apalagi kita. Ya, para pengkritik ada di mana-mana. Kita tak dapat lepas dari pengkritik. Solusi terbaik adalah menghadapi semua kritikan itu dengan jiwa besar dan tidak membiarkan kritikan itu membunuh semua impian kita.

Apakah Anda sedang menuai sorotan serta kritikan tajam? Mungkinkah semangat Anda meredup atau bahkan hampir mati karenanya? Lihatlah bagaimana Tuhan Yesus menghadapi kritik. Bersemangatlah kembali dan raih lagi impian Anda selaras dengan hati-Nya? Serahkan diri pada pimpinan Roh Kudus!

KRITIK DATANG TAK SELALU UNTUK MENYERANG

TETAPI AGAR KITA LEBIH TAHU APA ARTINYA BERJUANG


sumber: www.renunganharian.net - Petrus Kwik

Selasa, 15 Februari 2011

Rabu 16 Februari 2011: Melayani sesuai profesi

Melayani sesuai profesi (1 petrus 4:10; galatia 5:13)

Dokter brackett tinggal di sebuah kota kecil di amerika. Orang mengenalnya sebagai sahabat orang miskin, krn ia banyak menghabiskan waktunya untuk mengobati dan merawat org2 miskin yg sakit. Ia juga tidak memungut biaya apa pun dr mereka. Krn ia tinggal di lantai atas sebuah ruko, maka pada anak tangga paling bawah menuju tempat tinggalnya terdapat tulisan: "DR. BRACKETT-KANTOR DI LANTAI ATAS".

Karena pengabdian yg besar terhadap org2 miskin dan kepada siapapun yg ada disekitarnya, mk dokter berbudi ini kehilangan kekasih yg akan dinikahinya. Kekasihnya merasa bahwa sang dokter lebih banyak menghabiskan waktunya dengan org2 sakit, drpada dirinya. Ketika dokter ini meninggal dunia, acara penguburannya merupakan yg terbesar yg pernah terjadi di kota itu. Untuk mengenang kebaikan hati sang dokter, penduduk kota mendiskusikan mengenai rencana untuk mendirikan monumen bagi dokter yg telah tiada tersebut. Dalam perjalanan pulang seusai pertemuan diskusi, sepasang suami-istri berkebangsaan meksiko yg telah dibantu secara khusus oleh dokter tersebut, menanggalkan papan di anak tangga menuju tempat tinggal dokter itu. Pada hari berikutnya mereka memancangkan papan berisi tulisan "DR. BRACKETT-KANTOR DI LANTAI ATAS" itu di atas makam sang dokter.

Setiap kita dipanggil untuk melayani Tuhan dan sesama melalui berbagai bidang kehidupan. Ada org yg dipanggil untuk melayani secara full time sebagai pendeta, ada yg dipanggil untuk melayani melalui profesi lain, seperti: guru, dokter, pedagang, pengusaha, dll. 1ptr 4:10 berkata,"Layanilah seorang akan yg lain, sesuai dengan karunia yg telah diperoleh tiap2 org sebagai pengurus yg baik dr kasih karunia Allah." Profesi sebagai pendeta tidak lebih baik dr profesi sebagai guru atau sebaliknya. Yang penting kita bisa melayani Tuhan dan sesama melalui profesi yg kita miliki. Seorang dokter bisa melayani Tuhan dan sesama melalui profesinya, dengan cara mengabdi sepenuh hati dan tulus pada profesinya. Dalan profesi apa pun, lakukanlah dengan kasih yang sungguh2, shg semua org bisa melihat Yesus yg ada dlm hidup kita.

Sebagian org merasa bahwa hidupnya kurang berkenan kepada Tuhan karena tidak melayani sepenuh waktu seperti pendeta. Ini adalah pemahaman yg keliru. Kita bisa melihat kehidupan tokoh2 penting dlm alkitab, seperti Abraham, Ishak, Yakub, Daud, Nuh, dll. Mereka adalahh org2 awam, bukan nabi ataupun imam. Tapi melalui profesi mereka, mereka melayani Tuhan dengan hidup taat kepadaNya di dalam profesi mereka masing2. Jadi, apapun profesi anda saat ini, mintalah hikmat dan kemampuan dari Tuhan agar Anda bisa menyatakan kasih Tuhan melalui profesi Anda.

dikutip dari Mana Sorgawi

- Christ & Sylvia

Senin, 14 Februari 2011

Happy Valentine


Happy Valentine's day.
May love and joyful always remain in our hearts.
- Christ ♥ Sylvia -

Selasa 15 february 2011 : Kekuatan Cinta

Kekuatan Cinta (Kidung Agung 8:5-7)


Robertson McQuilkin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai rektor Universitas Internasional Columbia demi merawat Muriel, istrinya, yang mengalami alzheimer atau gangguan fungsi otak. Muriel sudah tidak bisa apa-apa, bahkan untuk makan, mandi, serta buang air pun, ia harus dibantu. Pada 14 Februari 1995 adalah hari istimewa—tanggal itu, 47 tahun lalu, Robertson melamar Muriel—maka ia memandikan Muriel dan menyiapkan makan malam kesukaannya. Menjelang tidur ia mencium Muriel, menggenggam tangannya, dan berdoa, ”Bapa surgawi, jagalah kekasih hatiku ini sepanjang malam, biarlah ia mendengar nyanyian malaikat-Mu.”

Paginya, ketika Robertson sedang berolahraga dengan sepeda statis, Muriel terbangun. Ia tersenyum kepada Robertson. Dan, untuk pertama kali setelah berbulan-bulan Muriel tak pernah berbicara, ia memanggil Robertson lembut, ”Sayangku …”. Robertson terlompat dari sepeda statisnya. Ia memeluk Muriel. ”Sayangku, kamu benar-benar mencintaiku?” tanya Muriel lirih. Robertson mengangguk dan tersenyum. ”Aku bahagia.” Itulah kata-kata terakhir Muriel sebelum meninggal.

Alangkah indahnya relasi yang didasarkan pada cinta; tidak ada kepedihan yang terlalu berat untuk dipikul. Cinta adalah daya dorong yang sangat ampuh untuk kita selalu melakukan yang terbaik; menjalani kegetiran tanpa isak, melalui kepahitan tanpa keluh, melewati lembah kekelaman dengan kepala tegak. Tak heran Salomo pun mengatakan, cinta kuat seperti maut (ayat 6). Maka, mari kita menumbuhkembangkan cinta di hati, untuk melandasi setiap tindakan dan ucapan kita; di mana pun dan kapan pun.

CINTA ADALAH DASAR YANG KOKOH TEGUH

UNTUK SEBUAH RELASI


Penulis: Ayub Yahya

Minggu, 13 Februari 2011

Minggu 13 Februari 2011: Sauh Cinta

Kristus, Sauh Cinta (Efesus 5:22-33)


Dan bila aku berdiri/tegak sampai hari ini/bukan karna kuat dan hebatku/semua karena cinta/semua karena cinta .... Itulah sepenggal lirik lagu Karena Cinta yang dibawakan Delon, juara Indonesian Idol. Lagu ini mengemukakan kebenaran bahwa cinta itu penting. Penting karena kini cinta—baik kualitas maupun kuantitasnya—mulai luntur, bahkan dalam kehidupan keluarga.


Secara khusus, Paulus mengingatkan para suami agar mengasihi istri seperti Kristus mengasihi jemaat. Dan, kasih yang diberikan kepada pasangan bukan hanya kasih manusiawi (eros), melainkan kasih ilahi (agape). Ini standar kasih yang tinggi—kasih yang menuntut pengorbanan, sebagaimana Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat (ayat 25).

Sedangkan setiap istri diminta tunduk kepada suaminya dalam segala sesuatu, seperti ia tunduk kepada Tuhan. Kerap orang kemudian mengartikannya sebagai ketundukan yang memposisikan istri sebagai pelayan dan pengikut kehendak suami. Padahal, ayat ini memuat kalimat “sebagaimana Kristus ...”. Jadi, sesungguhnya suami diminta meneladani Kristus yang memberi diri, baru setelah itu ia layak menerima ketundukan istri. Bila sikap dan sifat suami bertentangan dengan nilai dan sikap Kristus, istri perlu mendoakan dan menolongnya lebih dulu. Walau dalam proses itu, istri tetap berusaha tunduk kepada suami yang tengah berjuang meneladani Kristus.

Barangkali kita tak dapat melakukannya dengan sempurna, tetapi kita harus berusaha memiliki dan menyatakan kasih Kristus kepada pasangan kita. Teladan hidup Kristus adalah jangkar yang teguh bagi setiap bahtera rumah tangga.

KRISTUS ADALAH TAMU YANG TAK TERLIHAT

DI SETIAP RUMAH KITA—Anonim



Penulis: Daniel K. Listijabudi

Jumat, 11 Februari 2011

Jumat 11 Februari 2011: Jika Tuhan Menghendaki

Jika Tuhan Menghendaki(Yakobus 4:13-15)

Semua orang pasti memiliki rencana. Ada rencana jangka pendek, ada juga rencana jangka panjang. Dalam menyusun rencana, orang mendaftar apa saja yang akan dilakukan dan apa saja sumber daya pendukung yang ada agar rencana itu terwujud. Dan, orang kerap membuat perencanaan dalam berbagai aspek kehidupannya: kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan maupun pelayanan.

Ada orang yang membuat perencanaan dengan sangat rinci, ada juga yang tidak. Dalam pelaksanaannya pun ada rencana yang terlaksana dengan baik, ada yang berjalan walau tidak sesuai, bahkan ada yang sama sekali tidak terlaksana. Nyatanya, sebaik apa pun sebuah rencana dibuat, manusia tidak punya kuasa mutlak membuat semuanya terjadi seperti yang ia kehendaki. Oleh karena itu, dalam surat kepada kedua belas suku di perantauan (1:1), Yakobus mengingatkan jemaat untuk senantiasa melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan. Hal ini akan membantu mereka, juga kita, untuk peka terhadap kehendak Tuhan dan tidak cepat bermegah diri. Apalagi sebagai anak-anak Tuhan, kita tahu bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan dan kekuatan kita.

Semua yang kita rencanakan untuk dilakukan di sepanjang hari ini atau esok, hanya dimungkinkan jika Tuhan menghendaki kita hidup dan melakukannya (4:15). Inilah yang harus selalu kita ingat; bahwa kita adalah manusia yang terbatas, dan Tuhanlah yang punya kuasa mutlak atas hidup kita. Sehebat apa pun rencana kita, tanpa Tuhan menghendakinya terjadi, maka hal itu tidak akan terlaksana. Sudahkah Anda melibatkan Tuhan dalam perencanaan Anda hari ini?

SEMAKIN BANYAK HAL YANG KITA RENCANAKAN

SEMAKIN PERLU KITA MELIBATKAN TUHAN DI DALAMNYA


sumber: www.renunganharian.net - G. Sicillia Leiwakabessy

Kamis, 10 Februari 2011

Kamis 10 Februari 2011: Terbiasa dengan Dosa

Terbiasa dengan Dosa (1 Raja-raja 11:1-13)

Sebagai mahasiswa kedokteran, seorang kerabat saya diwajibkan berdinas di rumah sakit. Tugasnya cukup menguji nyali: jaga malam di kamar mayat. Di hari pertama, ia sangat terganggu oleh suasana dingin dan aroma formalin. Namun, setelah dua-tiga hari, ia mulai bisa bertugas dengan santai, bahkan sambil makan di situ! Manusia memang bisa “kebal” menghadapi situasi buruk, asal dibiasakan, sebab Tuhan memberinya kemampuan adaptasi yang hebat. Tanyai saja orang yang sudah lama bekerja di WC umum, pelelangan ikan, atau pompa bensin—pasti mereka merasa nyaman saja, walau tempat kerjanya tidak nyaman.

Sayang, saking baiknya kemampuan adaptasi manusia, kadang dosa pun bisa tak terasa seperti dosa lagi. Seperti bacaan firman Tuhan hari ini. Sulit dipercaya bahwa yang melakukan tindakan tercela itu adalah Raja Salomo: sang penulis puluhan amsal yang bijaksana dan berwibawa. Salomo jatuh cinta pada gadis-gadis asing dari Moab, Amon, Edom, Sidon, dan Het. Seiring berjalannya waktu, kesenangan Salomo atas istri-istrinya menggantikan posisi Tuhan di hidupnya (ayat 3,4). Kesenangan-kesenangan itu memalingkan kasihnya dari Allah.

Belajar dari Salomo, mari kita lebih waspada. Jangan berkompromi dengan dosa demi kenyamanan pribadi. Mungkin di awal kita masih punya rasa bersalah, tetapi lama-kelamaan kita bisa terbiasa hingga merasa tidak ada yang salah. Jangan sampai kita terlena dan terjerumus. Seperti kata pepatah: Jika kita menghabiskan waktu di pasar, kita akan tercium seperti ikan; jika kita menghabiskan waktu di taman, kita akan tercium seperti bunga; jika kita terus-menerus berbuat dosa, ada waktunya semua akan terbuka.

SERAPAT-RAPATNYA DOSA DISELUBUNGI

SUATU KALI IA AKAN MEMBUAT PELAKUNYA MERUGI


sumber: www.renunganharian.net - Olivia Elena

Rabu, 09 Februari 2011

Rabu, 9 Februari 2011 : Anjuran dan Larangan

Anjuran dan Larangan (2 Raja-raja 22:8-20)



Ada satu cara yang saya terapkan dalam mendidik anak. Di sebuah kertas saya menuliskan beberapa kata kunci mengenai hal-hal yang boleh dan yang tak boleh mereka lakukan. “Mengerjakan PR”, “bangun tepat waktu”, “minum susu”, adalah hal-hal yang harus dikerjakan. “Berebut mainan”, “terlalu banyak nonton televisi”, adalah aktivitas yang saya larang. Jika mereka melakukan yang dianjurkan, saya akan membawa mereka bermain keluar rumah atau membelikan buku menggambar kesukaan mereka. Sebaliknya, jika mereka melakukan apa yang dilarang, saya akan memberi mereka hukuman.

Yosia, seorang raja yang lembut hatinya, menyediakan dirinya untuk mendengar dan berusaha menaati Tuhan dengan membaca dan mempelajari Taurat yang ditemukan di rumah Tuhan. Ia mendengar dengan sungguh-sungguh apa hukuman yang Tuhan tetapkan bagi mereka yang meninggalkan Dia (ayat 17), dan juga apa berkat Tuhan bagi mereka yang taat (ayat 18-20). Yosia menjadikan Taurat Tuhan sebagai cermin yang patut dipercaya tentang apa yang seharusnya dilakukan umat Tuhan, dan apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Kesungguhan untuk mau dikoreksi oleh Tuhan melalui firman-Nya harus kita pelihara. Kita butuh mendidik diri sendiri untuk mengikuti apa yang dianjurkan Tuhan dan menghindari apa yang dilarang oleh-Nya. Salah satu cara sederhananya: buatlah daftar apa yang Dia kehendaki untuk dilakukan dan apa yang tidak, setiap kali selesai membaca firman. Lalu taati dan kerjakan setiap hal di daftar itu dengan sabar dan setia. Biarlah firman Tuhan menjadi petunjuk hidup kita yang terutama.

BERKAT DIBERIKAN SEBAGAI UPAH KETAATAN

DAN MURKA SEBAGAI UPAH PELANGGARAN


sumber: www.renunganharian.net - Fotarisman Zaluchu

Selasa, 08 Februari 2011

Selasa 8 Februari 2011 Mengalami Sendiri

Mengalami Sendiri (Ayub 42:1-7)


Saat Anne Graham Lotz—putri Billy Graham—masih remaja dan bergumul dengan imannya, ia dinasihati seorang pemimpin rohaninya. ”Selama ini kau masih memandang Allah melalui sebuah prisma. Pandangan ibu, ayah, dan gerejamu, masih sangat mewarnai pandanganmu tentang Allah. Mulai sekarang, pandanglah Allah dengan cara pandangmu sendiri. Majulah bersama Allah.” Anne sadar, ia tak dapat hidup berkenan kepada Allah hanya karena ia mempunyai orangtua yang hebat dalam pelayanan. Ia harus mengalami sendiri hubungan pribadi dengan-Nya. Sejak, itu ia mengalami kemenangan dan sukacita di hidupnya.

Ketika Tuhan mengizinkan Iblis mendatangi Ayub dengan berbagai ujian, Ayub mendapat kesempatan untuk mengalami sendiri siapa Tuhan yang selama ini ia abdi. Ayub adalah orang yang paling saleh, jujur, dan takut akan Tuhan, di antara orang-orang di seluruh bumi (Ayub 1:1,8). Namun, baru setelah melalui segala ujian itu, di akhir kitab Ayub kita membaca bahwa ia tak hanya mengenal Tuhan dari kata orang, tetapi dari pengalamannya sendiri (42:5). Maka, ia bisa bersaksi mantap tentang Tuhan. Dan, sanggup menyimpulkan pengalamannya bukan dengan hujat atau keluh, melainkan dengan pengakuan akan kebesaran Tuhan yang berdaulat atas hidupnya (42:2).

Memiliki sendiri pengalaman rohani bersama Tuhan adalah kunci untuk bertumbuh secara rohani. Jangan hanya mendengar tentang kebesaran Tuhan dari kesaksian para rohaniwan atau rekan seiman. Praktikkan iman kita dan alami sendiri kemenangan bersama-Nya. Maka, dari hidup dan mulut kita akan keluar kesaksian tiada henti—yang menguatkan iman kita dan membesarkan nama Tuhan.

MENDENGAR TENTANG KEBESARAN TUHAN ITU MENYENANGKAN

MENGALAMI KEBESARAN TUHAN ITU MENGHIDUPKAN IMAN


Sumber: www.renunganharian.net - Agustina Wijayani

Senin, 07 Februari 2011

Lemah Lembut ( 1 Tesalonika 2:1-8)


Kalau kamu tidak bertobat, tinggalkan rumah ini!” seru Pendeta Joe pada Tim, anaknya, yang terlibat pergaulan bebas. Tim langsung minggat. Menyewa indekos. Suatu malam ayahnya ditelepon seseorang. “Anakmu ada di penjara. Ia terlibat perdagangan narkoba!” Segera sang ayah mencarinya di penjara, tetapi anaknya tidak ada di situ. Ternyata berita telepon itu salah sambung. Maka, Joe berusaha mencari tempat kos Tim. Menjelang subuh baru ketemu. Anaknya itu sedang tidur. Ia masuk ke kamarnya, berlutut dan memeluknya, lalu berkata: “Tim, kamu baik-baik saja, kan? Ayah sayang padamu!” Ketika Tim melihat kelemahlembutan ayahnya, hatinya pun tersentuh. Ia pun pulang dan bertobat.

Kelemahlembutan kadang dipandang sebagai kelemahan. Orang lebih suka bersikap keras untuk menunjukkan kuasa dan wibawa. Padahal kelemahlembutan lebih ampuh! Ketika Paulus berkunjung ke Tesalonika, para lawannya telah menghasut jemaat. Paulus dituduh gagal menjalankan misinya, sehingga dianiaya di Filipi. Menghadapi hasutan itu, Paulus tidak bersikap keras dengan menunjukkan otoritasnya sebagai rasul. Ia tidak menghabisi para lawannya, atau membesarkan diri untuk merebut simpati. Namun, ia bersikap seperti ibu yang mengasuh anaknya. Lemah lembut. Berusaha mendengar dan memahami kebutuhan mereka. Belajar merendah dan melayani. Sikap itulah yang membuatnya disegani.

Apakah Anda dikenal sebagai orang yang kasar atau lemah lembut? Suka memotong pembicaraan atau membiarkan orang lain berbicara? Pemarah atau mudah mengalah? Jika Anda mau dihormati, terapkan kelemahlembutan.

HATI YANG KERAS BISA DIKALAHKAN

JIKA ANDA PUNYA SENJATA KELEMAHLEMBUTAN

Minggu, 06 Februari 2011

Minggu, 6 Februari 2011: Persembahan

Persembahan (Yesaya 1:10-20)


Persembahan adalah sesuatu yang dikenal oleh hampir semua agama dan kepercayaan di dunia. Bentuknya bermacam-macam; ada yang berupa makanan, binatang korban, hasil bumi, uang, kemenyan, dan sebagainya. Cara mempersembahkannya juga bermacam-macam. Namun, biasanya persembahan-persembahan itu dibawa dengan tujuan menyenangkan hati sosok ilahi yang disembah dan mendapat berkah darinya.

Dalam Alkitab, persembahan juga merupakan sebuah konsep yang sangat kerap dibahas. Walau demikian, secara berbeda kita diajar bahwa persembahan yang dibawa kepada Tuhan bukanlah semata demi menyenangkan hati Tuhan hingga menarik berkat-Nya. Bahkan, menurut bacaan Alkitab hari ini, persembahan yang kita bawa bisa membuat Allah tidak senang, tetapi malah merasa jijik (ayat 11-13). Sebab, lebih dari persembahan yang dibawa manusia, Tuhan lebih memperhatikan dan senang pada ketaatan. Yakni ketaatan yang terwujud dalam usaha kita hidup jauh dari dosa dan menjadi berkat bagi orang lain (ayat 16,17). Itu sebabnya, Tuhan bisa lebih menghargai persembahan orang miskin yang hanya mampu memberi sedikit, tetapi ia hidup taat dan jujur. Daripada persembahan besar orang yang kaya, tetapi hidup dengan cara yang kotor dan berdosa.

Jika demikian, apakah fungsi persembahan? Persembahan adalah ungkapan syukur kita atas segala kebaikan Allah, baik yang berupa berkat materi, jasmani, rohani, sosial, dan sebagainya. Persembahan seharusnya kita berikan bukan karena kita ingin mendapat berkat-Nya lagi, melainkan karena kita bersyukur sudah mendapat limpahan berkat-Nya selama ini.

SENANGKAN HATI ALLAH DENGAN HIDUP TAAT KEPADA-NYA

UNGKAPKAN SYUKUR DENGAN MEMBERI PERSEMBAHAN BAGI-NYA


sumber: renunganharian.net - Alison Subiantoro

Rabu, 02 Februari 2011

Happy Chinese New Year


恭喜发财,万事如意,主里蒙恩!
gong xi fa cai, wan shi ru yi, zhu li meng en!

Wishing you prosperity, and may everything works out as you wished, and be blessed in Lord

-Christ & Sylvia


Sabtu, 5 Februari 2011: Tahu (...) Diri

Tahu (...) Diri (Amsal 30:24-28)


Dunia perfilman cukup semarak dengan film-film animasi yang mengangkat tokoh binatang. Ada si singa MadagaskarBrother Bear. Begitu pun para semut Ants serta ikan mungil Nemo. Tak ketinggalan gajah purba dalam Ice Age serta kawan-kawannya. Juga si tikus jago memasak dalam film Ratatouille. Semua menyampaikan inspirasi sekaligus pesan berharga bagi hidup manusia. Serupa dengan sabda Tuhan melalui pesan-pesan hikmat dalam kitab Amsal. dan si beruang

Semut kecil menunjukkan kecakapan mengantisipasi dan kegigihan membekali diri guna menghadapi musim dingin (ayat 25). Ia tahu mempersiapkan, memperlengkapi diri. Pelanduk kecil memeragakan kesanggupan mencari tempat berlindung sementara ia sadar tak punya pertahanan diri yang dapat diandalkan (ayat 26). Ia tahu menjaga diri. Belalang kecil menunjukkan kedisiplinan untuk “berbaris rapi” memimpin diri sendiri tanpa dikomando (ayat 27). Ia tahu mengendalikan diri. Cecak kecil memperlihatkan kelincahan “membawa diri”, bahkan untuk masuk ke tempat yang paling dijaga ketat (ayat 28). Ia lincah, tahu membawa diri.

Bukankah kita memerlukan semua kecakapan hidup seperti yang mereka tunjukkan? Guna menghadapi tantangan masa depan, kita harus tahu membekali diri. Untuk mengantisipasi bahaya, kita harus menempa kesanggupan berjaga-jaga, tahu menjaga diri. Agar mampu menghindari atau mengurangi dampak negatif ketidaktertiban dan keteledoran, kita harus berdisiplin memimpin diri sendiri, tahu mengendalikan diri. Demi menghadapi segala kondisi dan perubahan situasi, kita harus melatih kelincahan beradaptasi, tahu membawa diri.

BANYAK HAL DALAM KEHIDUPAN DITENTUKAN

OLEH KEMAMPUAN KITA MENGELOLA POTENSI DIRI SENDIRI


sumber: www.renunganharian.net - Pipi Agus Dhali


Selasa, 01 Februari 2011

Kamis, 3 Februari 2011: Merenda

Merenda (Mazmur 119:41-50)


Saat merenda (bahasa Inggris: crochet) satu karya, saya selalu harus mulai merenda baris yang paling bawah. Saat sampai pada baris kedua, keindahan pola tusukan belum terlihat. Ketika saya meneruskan ke baris-baris berikutnya, keindahannya baru mulai terlihat. Setiap tusukan yang terlihat seder0-hana akan tersusun menjadi karya yang indah. Itu sebabnya saya tak henti meneruskannya sampai selesai, karena keindahan hasil merenda itu belum bisa dinikmati ketika baru jadi sebagian, tetapi ketika sudah utuh.

Rasanya, proses merenda nyaris serupa dengan memulai kebiasaan berwaktu teduh. Ada kalanya kita merasa berat, seakan-akan sulit untuk mempertahankan ketekunan. Apalagi karena hasil akhirnya tak segera tampak ketika kita baru “memulai baris-baris pertama”. Padahal kita ingin menik-mati janji-janji Tuhan nyata di hidup kita: merasakan kasih setia-Nya (ayat 41), hidup dengan bijak (ayat 42), hidup dalam kelegaan (ayat 45), bahkan tetap kuat meski didera oleh kesengsaraan (ayat 50). Betapa indahnya hasil akhir yang dijanjikan itu! Namun, hasil akhir itu hanya akan dinikmati oleh mereka yang mau bertekun. Ya, janji-janji Tuhan itu pasti akan diberikan kepada mereka yang mau bergemar dalam perintah-perintah-Nya (ayat 47,48).

Mungkin kita masih kesulitan memelihara disiplin berwaktu teduh. Seperti merenda yang harus dimulai dari tusukan pertama, dan selanjutnya terus dilakukan dengan tekun hingga selesai; kita perlu tekun membaca firman-Nya dari hari ke hari di sepanjang hidup kita. Maka pada waktunya nanti, kita akan menikmati janji-Nya dinyatakan.

BERWAKTU TEDUH ADALAH SUATU CARA BAGI KITA

UNTUK SEMAKIN MENGENAL PRIBADI ALLAH YANG LUAR BIASA


Penulis: G. Dyah Paramita P.K.