Kamis, 20 Januari 2011

Sabtu, 22 Desember 2011: Sabar adalah pilihan

Sabar adalah pilihan (2 Sam 16:5-14)



Dedi Warsiman, nama seorang teman lama yang sulit dilupakan. Yang membuat kami sulit melupakan adalah karena keteladanan hidupnya yang sangat nyata bagi kami yaitu kesabarannya. Bagaimanapun orang memarahi dia, mengejek, dia tidak menunjukkan dendam, dia hanya membalas dengan senyuman. Saat kami bertanya bagaimana caranya bisa sesabar itu, dia menjawab: " Kesabaran itu pilihan, kita bisa memilih untuk sabar atau tidak sabar." Jawaban ini sungguh bijaksana, sekaligus mengajak kami untuk berusaha memilih bersikap benar (sabar) di dalam menanggapi apapun.

Di sekitar kita ada banyak orang dengan karakter yang berlainan, karenanya sikap mereka pun berbeda-beda. Ada yang menyenangkan, ada yang menjengkelkan. Ada yang membuat kita tersenyum, ada yang membuat kita kesal. Ada yang sepertinya tidak pernah bosan menyakiti orang lain, egois, ada pula yang selalu berusaha menjaga diri agar tidak menyakiti orang lain. Ada yang pasif maupun aktif. Ada yang pendiam dan cerewet. Sebagai manusia tentu kita akan merespon seluruh sikap orang-orang di sekitar kita. Tetapi sikap kita dalam menghadapi mereka ditentukan oleh diri kita sendiri. Kita bisa memilih untuk marah atau tersenyum. Kita bisa memilih santai atau serius. Kita bisa memilih dendam atau memaafkan dan melupakan. Kita juga bisa memilih untuk tak acuh atau reaktif.

Banyak contoh di Alkitab yang menggambarkan perbedaan sikap:
1. Sepuluh pengintai memilih untuk bersikap takut sementara Yosua dan Kaleb memilih berani
2. Saul menanggapi keberadaan Daud dengan kebencian, sementara Yonatan dengan kasih
3. Daud menanggapi kutukan Simei dengan tenang sementara Abisai menanggapi dengan kemarahan
4. Ketika Yesus lahir, Herodes menanggapi dengan ketakutan dan kemarahan, sementara orang Majus dan para gembala menanggapi dengan sukacita

Sebagai orang Kristiani sudah seharusnya kita merespon situasi dengan benar. Sabar dan bijaksana, jangan sampai respon kita hanya menuruti keinginan daging saja. Memang tidak mudah tapi bukan berarti mustahil. Jangan sampai respon kita menjadi batu sandungan bagi orang lain dan bahkan mungkin menimbulkan masalah baru. Dengan kekuatan kuasa Roh Kudus, kita harus mengambil sikap yang membawa berkat bagi orang lain. God be with us :)

*dikutip dari Manasorgawi

- Christ & Sylvia