Rabu, 02 Maret 2011

Rabu, 2 Maret 2011 Sahabat dan melayani

Bacaan: Mrk.10:32-45


Di halaman tengah lembaran buku harian sahabatku tertulis:

“Kawan, kalau engkau mau memberi nyawa untuk Tuhan dan sesamamu

di zaman ini maka aku belum terlalu yakin.

Akan tetapi, satu hal yang tidak akan kupercaya sebagai seorang sahabat yakni

ketika engkau tidak rela untuk melayani.”


Dengan terpaksa aku harus mengingatkan teman romo hanya karena dia tidak mau membawa gelas minumnya dari ruang rekreasi ke tempat cuci yang hanya berjarak sekitar 2 meter darinya. Kan ada pembantu, jawabnya ketika aku memintanya untuk membawa gelas itu ke tempat cuci. Secara tidak sadar banyak orang tidak mau berbuat sesuatu yang dapat diperbuatnya hanya karena pekerjaan itu adalah tugas pelayan atau pembantunya. Masakan kotoran anjing di depan pintu itu dibiarkan berhari-hari lamanya hanya karena pembantu rumah sementara sakit? Pasti contoh-contoh di atas terlalu ekstrim tapi secara tidak sadar kita kadang melakukannya.

Sepertinya para murid belum puas akan jawaban Sang Guru kemarin ketika Petrus menuntut apa yang mereka terima bila sudah mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Hari ini Yakobus dan Yohanes datang lagi kepada-Nya dan meminta sesuatu; “Guru, jikalau boleh nanti kami berdua bisa duduk di sisi-Mu, yang satu di sebelah kiri dan yang lain di sebelah kanan.” Inti jawaban Yesus ada pada bagian terakhir Injil hari ini; “Jika engkau ingin menjadi yang terbesar di antaramu maka hendaklah engkau menjadi pelayan.” Bagaimana mungkin menjadi besar dengan hanya menjadi seorang pelayan? Yesus tidak berbicara tentang posisi atau jabatan, melainkan pada sikap hati seseorang terhadap apa pun status dan jabatannya dalam masyarakat atau di tengah umat. Ada bos yang baik hati seperti perwira di dalam Kitab Suci yang datang kepada Yesus dan meminta untuk menyembuhkan hambanya yang sedang sakit, tapi ada juga tuan yang tidak bisa minum air hanya karena gelas kesayangannya tidak ditemukan di tempatnya.

Jika hari ini kita semua ditawarkan bacaan ini untuk direnungkan maka kiranya luangkanlah waktumu barang sejenak untuk memulai dari rumahmu, berbuat apa yang bisa Anda perbuat kendatipun itu adalah tugas atau pekerjaan pembantumu, atau pekerjaan istrimu. Bukankah istrimu akan merasa terharu jika sebagai seorang suami Anda bangun esok pagi dan memanaskan air atau menggoreng nasi sebagai sarapan pagi? Bukankah suamimu akan memeluk dan menciummu hanya karena engkau membuat sesuatu yang biasanya hanya ia kerjakan sebagai seorang suami? Bukankah para pembantumu akan tersipu malu dan bangga padamu hanya karena engkau bangun mendahuinya dan mencuci piring kotor di rumahmu? Saudaraku, martabatmu bukan diukur dari jabatan atau posisimu, pun bukan dari harta atau uang yang Anda miliki, melainkan pada hatimu yang mampu melayani orang lain dengan segala yang Anda miliki dalam hidupmu. Oleh karena itu, berjuanglah agar orang menghormatimu bukan karena apa yang Anda miliki atau bukan karena jabatan dan kedudukanmu, tetapi karena Anda memiliki hati yang mampu mencintai dan melayani, yang bisa membuat semua yang Anda miliki bermakna dan berarti dalam hidup orang lain. Dengan kata lain, penghormatan kepadamu bukan karena segala yang melekat dalam dirimu, melainkan dari pengenalan orang akan kepribadianmu sebagai seorang saudara, sebagai seorang pelayan.

Jika Anda belum menangkap ide di atas maka baiklah kita belajar dari Sang Guru, yang telah menjadikan Diri-Nya sebagai seorang hamba, dengan mencuci kaki para murid-Nya yang biasanya kita peringati pada hari Kamis Putih. Aku yakin bahwa cita-cita Yesus adalah melayani. Harga yang harus dibayar untuk menggapai cita-cita ini adalah nyawa-Nya sendiri. Dan, ini, Yesus telah telah buat untuk saudara dan saya. Inilah bedanya Yesus dengan kita; Yesus ingin membahagiakan orang lain dengan memberi Diri-Nya, tapi kadang demi kebahagiaan diri kita, orang lain harus dikorbankan. Yesus mendapatkan pengakuan akan keluhuran martabat-Nya ketika Ia berkorban untuk saudara dan saya, tapi kadang kita ingin menggapai martabat kita ketika mempermalukan orang lain?

Karena itu, aku hanya ingin meningatkanmu sebagai saudaraku; Manusia zaman ini membutuhkan pemimpin yang tidak menolak tanggung jawab melainkan mau dan rela bertanggung jawab demi membuat perbedaan dalam hidup orang lain....pemimpin yang memperjuangkan nasib mereka yang dipimpin...pemimpi yang bermimpi dengan harapan dan ingin mewujud-nyatakan mimpinya demi kebahagian orang lain...pemimpin yang berbicara benar, yang mengatakan apa yang dia maksudkan dengan jelas dan memaknai apa yang dia katakan. Saudaraku, tidak ada yang hilang ketika kita mampu melayani orang lain dengan semangat seorang hamba. Ingatlah selalu akan nasehat Sang Guru; “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaku bagi banyak orang.” Memberi nyawa hanya bisa dilakukan oleh seorang pemberani yang rendah hati, tapi untuk melayani sebagai seorang hamba, masakan tidak bisa Anda lakukan saat ini? Aku tidak akan pernah percaya bila engkau tak mampu melayani. Mulailah dari dalam dirimu, rumahmu, maka cahayamu akan keluar lewat jendela dan pintu, bahkan akan menembus tembok pembatas, dan akan menyinari hidup orang lain di sekitarmu.

dari renungan Facebook : Gereja Katolik

-Christ & Sylvia